PROPOSAL BAWANG MERAH (Efek Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
I.
|
Bawang merah (Alium ascalonicum L) merupakan komoditas sayuran yang penting karena mengandung
gizi yang tinggi, bahan baku untuk obat-obatan, sebagai pelengkap bumbu masak,
memiliki banyak vitamin, dan berperan sebagai aktivator enzim di dalam tubuh
(Jurgiel dan Janina 2008). Setiap 100 g bawang merah mengandung 39 kalori, 150
mg protein, 0,30 g lemak, 9,20 g karbohidrat, 50 vitamin A, 0,30 mg vitamin B,
200 mg vitamin C, 36 mg kalsium, 40 mg fosfor, dan 20 g air (Departemen
Pertanian 1996).
Kebutuhan bawang merah setiap tahun mengalami peningkatan
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun kebutuhan tersebut belum
dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Peningkatan kebutuhan bawang merah
yang terjadi menyebabkan kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah semakin
meningkat serta mengakibatkan produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi
permintaan masyarakat. Pemerintah harus melakukan impor untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan mengakibatkan harga bawang merah semakin tinggi.
Produksi bawang merah di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak
964.221 ton/ha dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 1.010.773
ton/ha (Badan Pusat Statistik 2013). Sedangkan pada propnsi Sumatera Barat
produksi bawang merah mencapai 35.838 ton/ha pada tahun 2012 dan meningkat
menjadi 42.791 ton/ha pada tahun 2013 peningkatan produksi bawang merah yang
terjadi di Sumatera Barat berasal dari beberapa Kabupaten Pesisir Selatan
adalah salah satu sentral produksi bawang merah pada dataran rendah, pada tahun
2012 Kabupaten Pesisir Selatan produksi bawang merah mencapai 168 ton/ha tetapi
mengalami penurunan produksi 130 ton/ha pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Barat 2014). Dan rata-rata produksi bawang merah di Kota
Payakumbuh pada tahun 2012 adalah sebesar 7,46 ton/ha. Rata-rata Produksi bawang merah yang
dibudidayakan secara intensif dapat mencapai 12 ton/ha (Badan Pusat Statistik,
2012).
Rendahnya produksi tersebut disebabkan belum menggunakan
varietas unggul, teknik budidaya yang belum sempurna, kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan serta pemupukan yang belum dilakukan secara intensif. Kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan juga disebabkan oleh kondisi kesuburan
tanah yang ditanami. Untuk meningkatkan
kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemupukan.
Pemupukan merupakan salah satu faktor
penentu dalam upaya meningkatkan hasil tanaman. Pupuk yang digunakan sesuai
anjuran diharapkan dapat memberikan hasil yang secara ekonomis menguntungkan.
Dengan demikian, dampak yang diharapkan dari pemupukan tidak hanya meningkatkan
hasil per satuan luas tetapi juga efisien dalam penggunaan pupuk. Hal ini,
mengingat penggunaan pupuk di tingkat petani cukup tinggi, sehingga dapat
menimbulkan masalah terutama defisiensi unsur hara mikro, pemadatan tanah, dan
pencemaran lingkungan (Bangun, Silalahi dan Ali, 2000). Solusi yang
dapat dilakukan untuk masalah pemupukan ini adalah dengan penggunaan pupuk
organik.
Pupuk
organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan dapat berbentuk padat
atau cair yang berguna untuk memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah
(Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006 ).
Pupuk kandang adalah
pupuk yang didapat dari kotoran ternak, baik dalam bentuk padat maupun cair.
Beberapa fungsi pupuk kandang antara lain menambah unsur hara tanaman, menambah
kandungan humus atau bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah.
Penggunaan pupuk kandang sudah cukup lama diidentifikasikan dengan keberhasilan program dari pertanian berkelanjutan. Hal ini
disebabkan karena pupuk kandang memang
dapat menambah tersedianya unsur hara bagi
tanaman. Selain itu, pupuk kandang juga mampunyai pengaruh yang
positif terhadap sifat fisis dan kimiawi
tanah, mendorong
perkembangan jasad renik (Sutedjo, 2002).
Kotoran ayam merupakan
salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang
memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran sangat
bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan,
lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah
satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan
tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi
serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan
ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup (Taiganides, 1977). Kotoran
ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55%
(Lingga, 1986).
Menurut Kastono (2005),
pemberian kotoran ayam 20 ton/ha mampu menambah tinggi tanaman dan meningkatkan
jumlah polong isi, rata-rata 10 polong/tanaman pada tanaman kedelai hitam.
Pupuk kandang tidak hanya membantu pertumbuhan,
tetapi juga dapat membantu menetralkan racun logam berat didalam tanah. Selain
itu, pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah, membantu penyerapan unsur
hara dan mempertahankan suhu tanah. Pupuk kandang yang telah siap digunakan
memiliki cirri dingin, remah, wujud aslinya sudah tidak tampak, dan baunya
telah berkurang. petani biasanya menggunakan pupuk kandang dengan cara disebar
dan dibenamkan. Namun, penggunaan yang paling baik adalah cara dibenamkan.
Pasalnya, penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam tanah dapat dikurangi.
(Hadisuwito,2012).
Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud melakukan
penelitian yang berjudul ” Efek
Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
”.
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mendapatkan Dosis Pupuk
Kandang Ayam yang terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)
Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian dosisi pupuk kandang
ayam pelengkap cair Nutrifarm AG berbeda akan memberikan pertumbuhan dan hasil
tanaman bawang merah yang berbeda pula.
II.
|
2.1. Tanaman Bawang Merah
Rahayu dan Berlin
( 1994 ) menyatakan bahwa tanaman bawang merah merupakan keluarga dari
Liliaceae yang di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatopyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo :
Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium
ascalonicum L
Keluarga liliaceae yang
termasuk genus allium ini mempunyai lebih dari 500 spesies dari jumlah tersebut
yang telah dibudidayakan adalah Allium
sepa L (bawang bombay), Allium
sativum. L (bawang putih), Allium
parrum. L (bawang prei), Allium
fistulosum. L (bawang bakung), Allium
schoenoprasum (bawang kucai), Allium
chinense. G don ( bawang rakkyo ), dan yang terakhir Allium ascolanicum. L (bawang merah) dan dari tujuh spesies diatas
yang cukup popular dan komersial adalah bawang merah, bawang bombay, dan bawang
putih (Rahayu dan Berlin,
1994).
Tanaman bawang merah merupakan
tanaman semusim berbentuk rumput yang berakar serabut yang tidak terlalu dalam
tertanam dalam tanah, karena sifat perakaran inilah bawang merah tidak tahan
terhadap kekeringan (Rahayu dan Berlin, 1994).
Akar bawang merah dapat mencapai kedalaman 15 cm sampai 20 cm. sedangkan
batang bawang merah terletak pada pangkal tanaman dan hanya sebagian kecil
saja, dan bagian diatasnya merupakan batang semu (Aksi Agri Kanisus,1998).
Daun bawang merah
mempunyai satu permukaan yang berbentuk bulat kecil memanjang, berlobang
seperti pipa, bagian ujung daun meruncing dan bagian bawahnya melebar dan
membengkak (Wibowo, 2009). Rahayu dan
Berlin (1994) menyatakan pembengkakan kelopak daun pada bagian dasar lama
kelamaaan akan mengembung dan membentuk umbi. Dalam tiap umbi dapat dijumpai
banyak tunas lateral yang bisa mencapai 2- 20 tunas, tunas-tunas lateral ini
dapat membentuk cakram baru,dan dari cakram inilah dapat tumbuh kelopak-kelopak
daun sehingga dapat terbentuk umbi baru.
Bunga bawang merah
merupakan bunga majemuk yang berbentuk tandan. Pada ujung dan pangkal tangkai
mengecil dan bagian tengah mengembung, tangkai tandan bunga panajang bisa
mencapai 30-50 cm (Suhaeni, 2007).
Rahayu dan Berlin (1994)
menyatakan bunga bawang merah termasuk
bunga yang sempurna, yang terdiri dari
5-6 benang sari dan sebuah putik. Daun bunganya berwarna agak hijau,
bakal buah terdapat diatasnya yang terbentuk dari 3 daun buah yang membentuk 3
buah ruang, setiap ruang menggandung 2 bakal biji (ovulum). Biji bawang merah
yang masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna hitam.
Tanaman bawang
merah dapat diperbanyak dengan biji dan umbi, tetapi saat ini di Indonesia
umumnya diperbanyak dengan menggunakan umbi. Umbi yang baik untuk bibit adalah
yang ebrasal dari tanaman yang sehat dan dipanen cukup tua, tidak terserang
hama penyakit, umbi padat berisi, warna cerah, sebaiknya untuk bibit umbi yang
disimpan 6-8 bulan karena saat ini telah mulai tumbuh tunasnya (Rahayu dan
Berlian, 2004).
Umbi bawang merah terus
berkembang dan baru dapat dipanen setelah tanaman berumur 70 hari setelah tanam
pada dataran rendah, dan 80 - 90 hari
setelah tanam untuk bawang merah pada dataran tinggi. jika daun menguning 60 -
70%, pangkal daun mengering dan daun rebah, maka tanaman bawang merah
sudah dapat dipanen ( Rukmana,
2001). Menurut Sumadi dan Cahyono (1994), tanda bawang merah dapat dipanen
adalah terjadi perubahan pada ujung daun, 70 % dari seluruh tanaman sudah
menampakkan daun yang kuning.
Pengeringan umbi bawang
merah biasanya dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari selama
8 hari, selama penjemuran sebaiknya
tidak terlalu lama terkena sinar matahari agar tidak rusak, oleh sebab itu umbi
harus selalu tertutup oleh daun-daunnya (Suhaeni, 2007).
2.2. Syarat
tumbuh bawang merah
Wibowo
(2009)
menyatakan bahwa bawang merah lebih menyukai daerah yang beriklim kering dengan
suhu yang agak panas sekitar 25 - 32 0C dan cuacanya cerah terutama yang mendapatkan sinar matahari lebih dari 12
jam, tempatnya
terbuka tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Bawang merah dapat tumbuh mulai didataran rendah
hingga dataran tinggi yaitu 10 - 900 m dpl. dan sangat cocok ditanam pada musim kamarau
dengan sinar matahari sebanyak-banyaknya, tidak ternaungi, tanah yang diingini
adalah tanah gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik, dengan keasaman tanah 5,5 - 7,0 dengan tanah yang bervariasi mulai dari
tanah alluvial, latosol dan andosol.
Menurut Basrawati (
2009 ), bawang merah dapat tumbuh baik pada ketinggian 900 m dpl, dengan curah hujan 300-2500 mm/thn
namun juga dapat tumbuh pada ketinggian 300 m dpl, namun umbi yang di hasilkan kurang baik
Bawang merah dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ±
1.100 m (ideal 0 – 800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik
dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi suhu udara
antara 25 – 32 0C dan iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan
± 70 %, karena bawang merah termasuk tanaan yang memerlukan sinar matahari
cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap
laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi (BPPT, 2007). Sebelumnya Wibowo
(2006) berpendapat tanaman bawang merah akan dapat tumbuh baik dengan
ketinggian sampai 30 m dpl, untuk dataran rendah. Sementara suhu yang cocok
rata-rata tahunannya 30 0C.
Kelembaban udara
(nisbi) untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi 80-90
%. Intensitas sinar matahari penuh lebih dari 12 jam / hari, oleh sebab itu
tanaman ini tidak perlu naungan (Deptan, 2007).
Tanaman bawang
merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.
Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya
besar-besar. Selain itu, bawang merah hendaknya ditanam di tanah yang mudah
meneruskan air, aerasenya baik dan tidak becek. Keasaman tanah (pH) yang paling
sesuai untuk bawang merah adalah yang agak asam sampai normal (6,0 – 6,8)
(Rahayu dan Berlian, 2004).
2.3. Pupuk
dan Pemupukan
Suatu tanaman akan
tumbuh subur apabila segala unsur yang dibutuhkan tersedia dengan cukup dan
unsur tersebut berada dalam keadaan seimbang dan tersedia bagi tanaman.
Pemupukan adalah suatu usaha untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman sehingga
bisa meningkatkan produksi. Yang dimaksud dengan pupuk adalah setiap bahan yang
dimasukkan kedalam tanah sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi dan
biologis dari tanah sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman (Syarief, 2001).
Syarief (2001)
menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, disamping
pemupukan melalui tanah, pemupukan melalui daun juga dapat dilaksanakan guna
memperbaiki tanaman, selainitu juga dapat meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap gangguan fisiologis dan iklim serta dapat menambah ketersediaan
unsur hara bagi tanaman, baik unsure
hara mikro maupun unsur hara makro.
Pemupukan yang diberikan melali daun
dapat diserap langsung oleh tanaman sehingga dapat menghindari larutnya unsure
hara sebelum dapat diserap oleh akar atau mengalami fiksasi dalam tanah yang
berakibat tidak dapat lagi diserap oleh tanaman (Sarief, 2001). Pupuk pelengkap
cair merupakan salah satu pupuk yang banyak digunakan dalam budidaya tanaman.
Kemampuannya dalam menghasilkan pertumbuhan dan hasil sangat berbeda, perbedaan
itu akibat komposisi dan kandungannya juga berbeda.
Beberapa keuntungan
utama penyemprotan pupuk melalui daun yaitu serapan hara nyata terjadi satu jam
setelah aplikasi sehingga dapat mengatasi tanaman yang menderita defisiensi dan
kekeringan, juga dapat menyediakan hara dengan segera dan menggiatkan
regenerasi perakaran bila perakaran rusak. Setelah itu pemulihan kesehatan
tanaman akan lebih cepat, karena unsur hara yang dikandungnya langsung diserap
melalalui daun tempat dimana sebahagian proses metabolisme berlangsung.
Disamping itu pupuk pelengkap cair mempunyai unsur hara yang lebih lengkap baik
mikro, makro dan senyawa kimia lainnya dalam bentuk yang tersdia bagi tanaman (
Suryatna, 1987).
2.4. Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak atau hewan sejenis dan urine serta sisa-sisa
makanan yang tidak dapat dihabiskan (Sarief,
1985).
Pupuk
kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki kelebihan.
Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para petani seperti,
memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap
air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat makanan
bagi tanaman. Pada umumnya para petani menggunakan pupuk kandang dalam budidaya
tanaman cabai keriting sebanyak 20 ton per hektarnya (Wiryanta, 2003).
Penggunaan pupuk kandang sudah cukup lama di
identikkan dengan keberhasilan pemupupuk
kandang dan pertanian berkelanjutan. Hal ini tidak hanya karena mampu memasok bahan organik,
tetapi karena berasosiasi dengan tanaman
pakan yang pada umum nya meningkatkan perlindungan dan konversasi tanah. Kondisi ekonomi yang
cukup berat bagi petani yaitu harga
pupuk kimia yang cukup mahal disatu pihak dan usaha mempertahankan dan meningkatkan kesuburan
tanah di pihak lain mengharuskan petani
mempertimbang kan kembali semua bentuk
Menurut Bayu (2011), kotoran ayam ini mempunyai
kadar hara P lebih tinggi dari kotoran
hewan yang lain yaitu 1,82 %. Fosfor
yang tinggi ini sangat bermanfaat dalam
pembentukan buah. Sedangkan untuk kotoran
kambing mempunyai kadar hara N lebih tinggi dari kotoran hewan yang lain yaitu 2,43%. Nitrogen yang tinggi ini
bisa digunakan dalam menjaga kesuburan
tanah.
Menurut Hartatik dan Widowati (2008), kadar hara
pada kotoran ayam sangat dipengaruhi
oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu puka kotoran ayam tersebut tercampur oleh
sisa- sisa makanan ayam relatif lebih
cepat terdekomposisi serta sekam sebagai
alas kandang yang dapat menyumbangkan
tambahan hara kedalam pupuk kandang terhadap
tanaman. Sedangkan untuk kotoran kambing itu sendiri memiliki
tekstur yang khas, karena berbentuk
butiran- butiran yang agak sukar
dipecah secara fisik sehingga sangat
berpengaruh terhadap proses de komposisi dan
proses haranya. Nilai rasio C/N
pupuk kandang kambing umumnya masih di atas
30. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio <20, sehingga pupuk
kandang kambing akan lebih baik
penggunaannya bila dikomposkan terlebih
dahulu. Kalaupun akan digunakan
secara langsung, pupuk kandang ini akan
memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua pertanaman. Kadar hara pupuk kandang kambing mengandung
kalium yang relatif lebih tinggi dari
pupuk kandang lainnya.
Menurut Harsono (2009), kotoran ayam dapat digunakan
sebagai pupuk organik untuk berbagai komoditas tanaman. Salah satunya adalah
tanaman jagung manis karena dapat merangsang pertumbuhan tanaman jagung manis
serta menambah kesuburan tanah yang akan berdampak pada kesuburan tanaman itu
sendiri. Menurut Ali (2004) kotoran ayam merupakan kotoran yang di keluarkan
oleh ayam sebagai proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainya. Marsono (2001) menyatakan bahwa pupuk
kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih dari unsur untuk
menggantikan unsur yang habis diserap tanaman.
Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P
yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat
dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran
ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang
yang dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pupuk kandang terhadap sayuran.
Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang
ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini
terjadi karena pupuk kandang ayam relative lebih cepat terdekomposisi serta
mempunyai kadar hara yang cukup pula jika di bandingkan dengan jumlah unit yang
sama dengan pupuk kandang lainnya. Pemanfaatan pupuk kandang ayam ini bagi
pertanian organic menemui kendala karena pupuk kandang ayam mengandung beberapa
hormon yang dapat mempercepat pertumbuhan ayam (Hartatik dan Widowati, 2008).
III.
|
3.1
Tempat
dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan sawah disekitar kampus Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Kelurahan Tanjung Gadang Koto Nan
Ampek Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh, dengan jenis tanah
Inceptisol, ketinggian tempat ± 514 dpl Waktu penelitian dilaksanakan bulan Desember sampai bulan Maret 2017.
3.2
Bahan
dan Alat
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah benih bawang merah varitas Bima Brebes,
pupuk Urea, SP36, KCl dan Pupuk Kandang Ayam. Adapun alat yang
digunakan antara lain : cangkul, ember, koret, meteran, timbangan analitik,
ajir, tali rafia, papan label, kalkulator.
3.3
Rancangan Percobaan
Percobaan
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok, sehingga berjumlah 20 petak. Dalam 1 petak terdapat 16 rumpun tanaman bawang
merah dan 3 diantaranya dijadikan tanaman sampel yang dipilih secara acak. Perlakuannya
adalah pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam sebagai berikut :
A.
0 ton / ha
B.
5 ton /
ha
C.
10 ton / ha
D.
15 ton / ha
E.
20 ton / ha
Data hasil pengamatan dirata-ratakan dan
dianalisis secara statistika dengan uji F Hitung pada taraf 5%. Data hasil
pengamatan dirata-ratakan dan
dianalisis secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5 % bila F hitung
besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test
(DNMRT) pada taraf nyata 5 %.
3.4
Pelaksanaan
3.4.1
Persiapan Benih
Benih tanaman
bawang merah yang digunakan adalah varitas Bima Brebes dengan umur panen 50-60
hari setelah tanam dan jumlah produksinya 9,9 ton/ha. Umbi yang terpilih adalah
umbi bawang merah yang terlihat padat dan berisi, dan umbi tersebut disimpan ±
3 bulan. Ukuran seragam dengan berat ± 10 g. Sehari sebelum penanaman benih bawang
merah dipotong ujungnya 1/3
bagian.
3.4.2
Persiapan lahan
Setelah lahan
dibersihkan dari gulma, lalu dilakukan pengolahan tanah dengan cara mencangkul
sebanyak dua kali dengan interval waktu satu minggu. Kemudian dibuat petakan
percobaan dengan ukuran petak 100 cm x 100 cm untuk masing-masing perlakuan
dengan jarak 40 cm. Banyak petak 20 petak dalam setiap petak terdapat 16
tanaman dengan sampel 3 tanaman per petak.
3.4.3. Pemberian Perlakuan
Pupuk kandang ayam diberikan pada saat pengolahan
tanah kedua atau 1 minggu sebelum tanam Perlakuan yaitu A = 0 ton/ha setara
dengan 0 kg/petak, B = 5 ton/ha
setara dengan 0,5 kg/petak, C = 10 ton/ha setara dengan 1 kg/petak, D = 15 ton /ha setara kandang ayam di aduk
dengan tanah yang berada pada lapisan atas setebal 10 cm.
3.4.4.
Penanaman Benih
Penanaman
dilakukan dengan cara meletakkan umbi yang telah dipotong tadi kedalam lobang
tanam,dengan cara 2/3 bagian umbi masuk ke dalam tanah dengan jarak tanam 25 x
25 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis sehingga merata. Setiap petak
ditanami 16 umbi bawang merah sehingga dibutuhkan 16 x 20 = 320 umbi.
3.4.5.
Pemasangan Label dan Ajir
Label dipasang setelah pembuatan petak-petak
percobaan sesuai dengan daerah percobaan di lapangan. Ajir di pasang 1 minggu
setelah tanam dengan jarak 5 cm dari
sampel dan ditandai 5 cm dari permukaan tanah untuk membantu pengamatan tinggi
tanaman.
3.4.6.
Pemupukan
Pupuk anorganik
diberikan ½ dosis anjuran yaitu 250
kg/ha Urea setara 25 g/petak , 250 kg/ha setara 25 g/petak SP-36 dan 250 kg/ha
setara 25 g/petak KCl. Urea diberikan
setengah bagian saat tanam dan setengah bagian lagi pada saat tanaman berumur
21 hari. Sedangkan SP-36 dan KCl
diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pupuk diberikan secara larikan
diantara tanaman.
3.5
Pemeliharaan
3.5.1
Penyiraman dan Penyisipan
Penyiraman
dilakukan setelah benih ditanam. Selanjutnya jika tidak turun hujan dilakukan 2
kali sehari pada pagi dan sore hari sampai tanaman berumur 2 minggu, kemudian
sampai umur 50 hari dilakukan penyiraman 1 kali sehari pada sore harinya.
Penyisipan dilakukan pada umbi bawang merah yang tidak tumbuh, dan diambil dari tanaman yang telah disiapkan yang
dilakukan sampai umur 1 minggu setelah tanam.
3.5.2
Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan
dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada petak percobaan.
Penyiangan dilakukan setiap minggu setelah tanam. Sedangkan pembumbunan tanah
dilakukan bersamaan dengan penyiangan yang dikerjakan secara hati-hati dan
diusahakan jangan sampai mengganggu perakaran dari bawang merah karena akarnya
sangat dangkal.
3.5.3
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman bawang dilakukan bila sudah kelihatan gejala
serangan, maka langsung disemprot dengan menggunakan pestisida. Bila yang
menyerangnya hama digunakan bayrusil dosis 2 g/l sedangkan bila serangannya
berupa penyakit digunakan Dithane M-45 dengan dosis 2 g / l air.
3.5.4
Panen
Tanaman bawang
merah di panen umur ± 60 hari, dengan kriteria sebagai berikut : a. Daunnya sudah mulai layu, b. Daun
telah menguning sekitar 70% - 80% dari jumlah tanaman, c. Pangkal batang
mengeras, d. Sebagian umbi telah muncul di atas tanah, e. Lapisan-lapisan umbi
telah penuh berisi dan berwarna merah. Panen dilakukan dengan cara mencabut dan
mencongkel rumpun secara hati-hati.
3.6. Parameter pengamatan
3.6.1. Saat Muncul Lapang (hari)
Pengamatan saat muncul
lapang dilakukan setiap
hari setelah tanam. Dengan ciri-ciri kuncup tanaman bawang merah telah muncul kepermukaan tanah dengan tinggi 1 cm dari
seluruh tanaman sampel.
3.6.2. Tinggi tanaman
(cm)
Pengamatan dilakukan minggu ke-2 setelah tanam dengan cara mengukur tinggi
tanaman sampel dari pangkal sampai ujung daun tertinggi. Pengamatan selanjutnya
dilakukan 1 kali seminggu sampai tanaman berumur 6 minggu. Agar pengamatan tidak berubah, setiap
tanaman sampel diberi ajir yang diberi tanda 5 cm dari permukaan tanah.
3.6.3. Jumlah daun
Pengamatan dilakukan minggu ke-2 setelah tanam dengan menghitung seluruh
daun yang telah terbuka penuh pada tanaman sampel. Pengamatan selanjutnya
sekali seminggu sampai tanaman berumur 6 minggu
3.6.4. Jumlah umbi
Jumlah umbi per rumpun adalah jumlah semua umbi yang padat atau tidak busuk yang terdapat
pada setiap rumpun dari setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan sesudah
panen dengan cara menghitung seluruh umbi yang terdapat pada rumpun tanaman
bawang merah tersebut.
3.6.5. Berat umbi per
tanaman
Berat umbi bawang merah per tanaman adalah berat umbi sampel per
tanaman yang sudah dikering anginkan selama 7 hari dengan cara menimbangnya.
3.6.6. Berat umbi per
petak
Berat Umbi bawang merah per petak adalah berat umbi dalam satu petak yang
sudah dikering anginkan selama 7 hari. Dengan cara menimbang seluruh umbi dalam
satu petak.
3.6.7. Berat umbi per
ha
Berat umbi per hektar didapatkan dari berat umbi
bawang merah per petak yang dikonversikan ke hektar dengan rumus :
Berat Umbi Per Hektar =
IV.
|
4.1. Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Percobaan ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok.
Tabel 1. Dasar RAK
(Rancangan Acak Kelompok)
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A
|
X 11
|
X 12
|
X 13
|
X 14
|
X1
|
X
|
B
|
X 21
|
X 22
|
X 23
|
X 24
|
X2
|
X
|
C
|
X 31
|
X 32
|
X 33
|
X 34
|
X3
|
X
|
D
|
X 41
|
X 42
|
X 43
|
X 44
|
X4
|
X
|
E
|
X 51
|
X 52
|
X 53
|
X 54
|
X5
|
X
|
Total
|
X1
|
X2
|
X3
|
X4
|
X.....
|
X…
|
Tabel 2. Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
|
Derajat Bebas
|
Jumlah Kuadrat
|
Kuadrat Tengah
|
F Hit
|
F Tabel 5 %
|
Perlakuan
|
P-1
|
JKP
|
JKP
Dbp
|
KTP
KTS
|
|
Kelompok
|
K-1
|
JKK
|
|
|
|
Sisa
|
(P-1) (K-1)
|
JKS
|
JKK
Dbk
|
KTK
KTS
|
|
|
|
|
JKS
Dbs
|
|
|
Total
|
(P
. K) -1
|
JKT
|
|
|
|
4.2. Perhitungan Sidik Ragam
1. Faktor Koreksi (FK) = (X....) 2
P.K
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT) = (X112+
X122 + …..X542) – FK
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan
(JKP) = X12+X22+X32+X42+ X52
K
4. Jumlah Kuadrat Kelompok
(JKK) = X12+X22+X32+ X42+ X52
P
5. Jumlah
Kuadrat Sisa (JKS) = JKT – JKP – JKK
6. Kuadrat Tengah Perlakuan
(KTP) = JKP
Dbp
7. Kuadrat Tengah Kelompok
(KTK) = JKK
Dbk
8. Kuadrat Tengah Sisa (KTS) = JKS
dbs
9. F Hitung Perlakuan = KTP
KTS
10. F Hitung Kelompok = KTP
KTS
11. Lihat F
Tabel 5 % dan 1 %
12. Bandingkan
F Hitung dengan F Tabel 5 % dan 1 % dan Tarik Kesimpulan
13. Kesimpulan
a. Jika F hitung lebih
besar dari F tabel 1 % dinyatakan berbeda sangat
nyata
b. Jika F hitung besar
dari F tabel 5 % dikatakan berbeda nyata
c. Jika Fhitung lebih
kecil dari F tabel 5 % dinyatakan berbeda tidak nyata
14. Koefisien Keragaman (KK) = x 100 %
X
4.3. Uji Lanjut DNMRT
1. Cari Nilai Kesalahan Baku (SŸ ) = KTS
X
2. Lihat Tabel SSRp untuk perlakuan 2,3, dan 4 pada tabel 5
%
3. Hitung Nilai LSRp dengan rumus = SSRp x (SŸ )
4. Susun
Nilai Tengah Perlakuan berdasarkan Urutan Nilai Dari Yang Besar Sampai Yang
Terkecil
5. Hitung
Selisih Nilai Tengah Masing-masing Perlakuan Dengan Cara Sebagai Berikut :
Tabel
3. Rata-rata perlakuan dari yang
tertinggi ke yang terendah
Perlakuan
|
Nilai
Tengah Perlakuan
|
|||||||||
A
B
C
D
E
|
X
1
X
2
X 3
X 4
X 5
|
Tabel
4. Perbandingan rata-rata perlakuan
Perbandingan Nilai
Tengah Perlakuan
|
Selisih
|
Nilai LSRp 5 %
|
Kesimpulan
|
A-E
A-D
A-C
A-B
|
|
|
|
B-E
B-D
B-C
|
|
|
|
C-E
C-D
|
|
|
|
D-E
|
|
|
|
3
Bandingkan Selisih Nilai Tengah Tersebut Dengan
Nilai LSRp 5 % Buat Kesimpulan
Ø
Jika nilai selisih perbandingan perlakuan lebih
besar dari nilaiLSRp 5 % dikatakan berbeda nyata
Ø
Jika nilai selisih petrbandingan perlakuan lebih
kecil dari nilai LSRp 5 % dikatakan berbeda tidak nyata
4
Buat
Tabel Kesimpulan dan Beri Notasi
Tabel 5. Kesimpulan
Perlakuan
|
Rata-rata Perlakuan
|
A
|
............a
|
B
|
.................b
|
C
|
........................c
|
D
|
................................d
|
E
|
.........................................e
|
V.
PERKIRAAN BIAYA
1. Biaya
Penelitian Meliputi :
A. Sewa
Lahan :
Rp 150.000
B. Pengolahan
tanah :
Rp. 300.000
C. Pembuatan
pagar :
Rp. 400.000
D. Bibit
Bawang Merah :
Rp. 120.000
E. Papan
merek, label dan ajir :
Rp. 100.000
F. Pupuk
Kandang Ayam :
Rp. 50.000
G. Dokumentasi :
Rp. 100.000
H. Alat-alat
tulis :
Rp. 50.000
I. Biaya
tak terduga :
Rp. 100.000 +
Jumlah Rp. 1.370.000
Terbilang
: Satu Juta tiga ratus tujuh Puluh Ribu Rupiah
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia.
2008. Petunjuk pemupukan. www.google.ci.id/books. isbn=9190060718. (diakses 2 Juli
2015)
Aksi Agri Kanisius. 1998. Pedoman Bertanam Bawang,
Kanisius, Yogyakarta . 146 hal.
Amindoway, J. 2004. Panduan
produk pertanian. PT. Amindoway Jaya. Jakarta
Badan
Pusat Statistik. 2012. Produksi Bawang Merah. Payakumbuh
Badan
Pusat Statistik Republik Indonesia 2013. Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit dan
Bawang Merah. Berita Resmi Statistik No. 54/08/Th. XVI
Badan Pusat Statistic Provinsi
Sumatera Barat. 2014 Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit Dan Bawang Merah. Berita
Resmi Statistic No. 46/08/13/Th.XVII
Bangun, E., M. Nur, H.I., F.H. Silalahi, dan J. Ali. 2000.
Pengkajian Teknologi Pemupukan Bawang Merah di Sumatera Utara. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Spesifik Lokasi Menuju Desentralisasi Pembangunan
Pertanian. 13-14 Maret 2000. Medan. Hlm. 338-342.
Basrawati. 2009. Penerapan Teknologi
Maju
Budidya Bawang Merah. http//www.Distanprovinsi Bali.com/ indedx. Php. 19
oktober 2012
Departemen
Pertanian.1996. Pemupukan Berimbang. Proyek Pengembangan Penyuluhan
Pertanian Pusat, Departemen Pertanian. Jakarta. Hlm. 30-33.
Deptan. 2007. Prospek
Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah.
Jurgiel, G. and S.
Janina. 2008. The Effect of Nitrogen Fertilization on Content of Microelements
in Selected Onions. J. Elementol. 13(2):227-234.
Rahayu. E dan Berlian, 2004. Bawang Merah.
Penebar Swadaya.
Rahayu,
E
dan Berliin, N. 1994.
Bawang Merah.Penebar Swadaya. 221 hal
Rukmana.
2001. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Bawang Merah. Kanisius Yokyakarta.
Singgih Wibowo. 1990.
Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Samadi dan Cahyono, 2000. Intensifikasi
Budidaya Bawang Merah. Kanisius,
Yokyakarta.
Sugiharto.
1997. Kunci bercocok tanam sayur-sayuran penting di Indonesia. Sinar Baru,
Bandung
Suhaeni,
N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Bawang Merah. Jember. 115 hal
Sumadi
dan Cahyono. 1994. Budidaya Bawang Merah. kanisius. Jokyakarta
Syarief, Saifuddfti. 1986.
Kesuburan dan pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka, Buana, Bandung
Sarief,
S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: C.V. Pustaka
Buana. 182 hal..
Sarief,
S. 2001. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian Bandung. CV Pustaka Buana
Wibowo. Singgih. 2006. Budidaya
Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar Swadaya
Wibowo,
S. 2009. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya. 106 hal.
Lampiran
1. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varitas Bima Brebes *)
Kriteria Deskripsi
|
Bima Brebes
|
Umur Panen
Tinggi
Daun
Warna Daun
Warna Umbi
Bentuk Umbi
Banyaknya anakan
Banyaknya daun
Potensi Hasil
Ketahanan terhadap penyakit busuk umbi
Keterangan
|
50 - 60 hari
34,5cm (25 - 44 cm)
Silendris, berlubang
Hijau
Merah Muda
Lonjong bercincin kecil pada leher cakram
7-12 umbi per rumpun
14-50 helai
9,9 ton/ha umbi kering
Cukup tahan terhadap busuk umbi (Bontryis alli)
Baik
untuk dataran rendah
|
*) Sumber
: Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2003)
Lampiran 2. Denah Penempatan Petak Percobaan di
Lapangan Menurut
Rancangan
Acak Kelompok (RAK)
I II III IV
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|||||||
|
|
||||||
|
|||||||
|
|||||||
|
|
|
|||||||
|
||||||||
Keterangan
:
I,II,III, IV
|
:
|
Kelompok
|
A,B,C,D,E
|
:
|
Perlakuan
|
a.Panjang Petak
|
:
|
100 cm ( 1 m)
|
b.Lebar Petak
|
:
|
100 cm ( 1 m )
|
c.Jarak
Petak dalam Kelompok
|
:
|
40 cm
|
d.Jarak
Petak antar Perlakuan
|
:
|
40 cm
|
Lampiran
3. Denah Populasi Tanaman dalam Satu Petak Percobaan
|
|||||||
|
Keterangan
:
x : Tanaman bawang merah
x : Tanaman
sampel
a :
Panjang petakan (1 m)
b :
Lebar petakan (1 m)
c :
Jarak tanam antar baris (25 cm)
d :
Jarak tanam dalam baris (25 cm)
How to make money in a casino? - WorkMake Money
ReplyDeleteHow to Make Money Online · The process of making หาเงินออนไลน์ money from gambling is quite easy for a casino to understand. · How to make money in a casino · How to make money