WORTEL



I.                   PENDAHULUAN

            Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.
Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan vitamin A. Dalam setiap 100 gram bahan mengandung 12.000 S.I vitamin A.
Merupakan bahan pangan bergizi tinggi, harga murah dan mudah mendapatkannya. Selain sebagai "gudang vitamin A serta nutrisi", juga berkhasiat untuk penyakit dan memelihara kecantikan. Wortel ini mengandung enzim pencernaan dan berfungsi diuretik. Meminum segelas sari daun wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis berkhasiat untuk mengantisipasi pembentukkan endapan dalam saluran kencing, memperkuat mata, paru-paru, jantung dan hati. Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel dapat menyembuhkan luka-luka dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan (Perdana,2009).



II.                ISI

A.                Taksonomi, Asal dan Penyebaran Tanaman
1.                  Asal
Wortel (daucus carrota L. ) bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia. Afganistan daianggap segbagai pusat asal wortel, karena di wilayah ini ditemukan keragaman terbesar kerabat liarnya. Tipe liar ditemukan juga di wilayah barat daya Asia dan wilayah timur Mediterania, yang dianggap sebagai pusat keragaman dan domestika sekunder. Budidaya wortel telah dapat dirunut hingga abad ke -10 di Asia kecil. Varian wortel dengan warna umbi ungu dan kuning di introduksikan ke Eropa mungkin pada abad ke-11. Introduksi ke India dan Cina terjadi pada abad ke-13 atau ke-14 dan ke Jepang sekitar abad ke-17 (Rubatzky and Mas, 1998).
Gambar 1 Wortel Liar

2.                  Taksonomi dan Domestikasi
 Wortel liar Daucus carota var. carota yang juga dikenal sebagai Tali Ratu, diyakini sebagai nenek moyang woetel hingga kini. Tanaaman ini adalah tanaman setahun yang mudah disilangkan dengan wortel budidaya, sehingga mengkontaminasi produksi benih wortel. Spesies wortel liar lain adalah D. maritimus, D. Commutatis, D. hispanicus, D. gummifer, D. fontanessi, D. bocconei, dan D. major (Rubatzky and Mas, 1998).
Umbi wortel terdapat dalam berbagai ukuran dan bentuk. Wortel primitif memiliki kandungan antosianin dan memiliki jaringan umbi berwarna ungu. Mutan wortel berumbi kuning lebih disukai daripada ungu. Wortel dengan daging berwarna putih atau jingga dapat diperoleh setelah seleksi berulang – ulang dari tipe kuning. Pemuliaan selama abad ke-17 di Belandameningkatkan kehalusan akar yang menyebabkan wortel berwarna kuning menjadi kultivar lokasl (landrace) yang dikenal sebagai tipe Long Orange dan tipe Horn. Kulitivar ini merupakan dasar bagi banyak plasma nutfah wortel modern. Diperkirakan bahwa perkembangan wortel yang dibudidayakan terbentuk lebih banyak melalui mutasi dan seleksi daripada melalui persilangan dengan plasma nutfah liar (Rubatzky and Mas, 1998).
Gambar 2Variasi warna pada beberapa kultivar wortel

Pemisahan tipe akar utama diterapkan pada kultivar Eropa dan kultivar Asia. Umumnya, kultivar Eropa bertekstur keras, manis, beraroma tajam, berwarna jingga kekuningan hingga jingga tua, bolting lambat, dan dapat menyesuaikan diri dengan suhu dingin. Kultivar yang ditanam di Asia bertekstur agak lunak, kurang manis, dan beraroma lemah, mudah bolting, beradaptasi dengan suhu panas, dan umbinya sering berwarna merah terang atau jingga kemerahan (Rubatzky and Mas, 1998).
Suhu rendah kurang dari 5°C cenderung mempercepat induksi bunga. Lamanya pemaparan terhadap suhu rendah beragam dari beberapa minggu hingga 12 minggu untuk kultivar yang tahan bolting. Pada beberapa kultivar tropika, bolting dapat diinduksi pada suhu kurang dari 15°C. Jika dilakukan secara ketat, pembuangan tanaman yang berbunga dini dalam produksi benih dapat menurunkan jumlah tanaman berbunga dini pada generasi berikutnya. Umumnya, kultivar zona iklim sedang adalah dua tahunan, sedangkan kultivar tropika menunjukkan pola pertumbuhansetahun dan ditanamm pad kondisi hari pendek. Karena ditanam di daerah lintang rendah, tipe tropika lebih menukai hari pendek (Rubatzky and Mas, 1998).

3.                  Botani
Tanaman wortel membentuk daun roset dan daun akar tunggan lumbung besar berdaging selama tahun pertama. Batangnya yang sangat tertekan, hamper lircakram pada pertumbuhan tahun pertama dengan tinggi daun 25 – 60 cm. Daun yang muncul dari batang memiliki tangkai daun panjang yang membesar, dan lir-upih pada pangkal lekatnya. Lembar daunnya tebagi secara berulang dengan segmen lembar daun kecil, sempit, dan sangat terbelah. Tanaman yang memiliki tajuk besar umumnya menghasilkan akar besar, tetapi memerlukan waktu pertumbuhan yang lebih lama, sedangkan kultivar bertajuk kecil menghasilkan akar kecil, tetapi periode pertumbuhannya lebih singkat (Rubatzky and Mas, 1998).
Akar tunggang, awalnya panjang, ramping, tumbuh vertical, mulai memanjang dengan cepat dan mencapai panjang potensialnya dalam waktu 12 – 24 hari setelah berkecambah. Hasil meningkat sesuai dengan panjang akar. Akar yang panjangnya lebih dari 30 cm sulit dipanen dan ditangani. Akar tunggang terdiri atas jaringan hipokotil dan akar primer. Akar serabut tidak terdapatr pada bagian atas hipokotil dan akar primer. Akar serabut tidak terdapat pada bagian atas hipokotil, tetapi akar serabut yang sangat halus dan amat bercabang, dalam jumlah banyak, tumbuh dari bagian bawah akar tunggang. Beberapa akar tunggang dapat mencapai kedalaman lebih dari 75 cm. Secara anatomis, akar ini terdiri atas jaringan xilem dan floem primer dengan bagian cambium yang menghubunkan keduanya dalam suatu lingkaran. Kambium ini menghasilkan xilem sekunder ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar. Untuk mendapatkan kualitas yang layak pangan yang baik, akar ini idealnya haruse memiliki xilem yang minimum, relatif terhadap korteks (floem), dan dengan perbedaan warna yang minimum antara kedua jaringan ini. Warna jaringan xilem biasanya lebih terang daripada floem (Rubatzky and Mas, 1998).
Pada potongan membujur, peridermis adalah jaringan terluar. Ke arah dalam tumbuh jaringan floem, cambium dan xilem. Kantong minyak dalam ruang antarsel perisikel mengandung minyak esensial yang menyebabkan bau dan aroma khas wortel. Akar tunggang menyimpan sukrosa dan gula lain dalam jumlah yang cukup banyak. Umbi biasanya berbentuk kerucut terbalik, tetapi dapat juga berbentuk silinder, bundar atau bentuk antaranya. Pada bagian terbesar, diameter umbi beragam dari 1 cm hingga lebih dari 10 cm. Panjang akar berkisar antara 5 cm hingga lebih dari 50 cm; umumnya antara 10 dan 20 cm. Antosianin menyebabkan umbi berwarna ungu kemerahan. Alfa dan beta karoten berturut – turut menyebabkan warna kuning dan jingga, adalah pigmen karatenoid utama. Beta karoten biasanya mencapai sedikitnya 50% dari kandungan wortel karatenoid; nisbah alfa- terhadap beta- karoten biasanya sekitar 1 : 2. Warna merah pada kultivar tertentu disebabkan oleh likopen. Karatenoid tidak tersebar merata dalam umbi. Pembentukan karoten berlangsung dari jaringan ujung proksimal ke ujung distal akar tunggang. Jaringan floem biasanya mengandung pigmen sekitar 30% lebih banyak daripada jaringan xilem (Rubatzky and Mas, 1998).
Perbedaan kandungan karoten juga dipengaruhi oleh suhu, kematangan tanaman dan oleh kultivar. Kandungan karoten pada kultivar wortel yang paling banyak ditanam berkisar dari 60 hingga lebih dari 120 µg/g bobot segar. Jumlah likopen pada sebagian besar wortel agak rendah, kecuali beberapa kultivar yang dagingnya berwarna merah, seperti tipe kintoki yang terkenal di Jepang (Rubatzky and Mas, 1998).
Pada saat terjadi bolting, batang memanjang dan menghasilkan banyak cabang kaku. Biasanya beberapa tangkai bunga terus tumbuh, tingginya berkisar dari 1 hingga 2 meter. Perbungaan wortel adalah umbel majemuk ujung yang terdiri atas banyak umbelet dengan bunga kecil – kecil berwarna putih. Umbel dikelilingi oleh kelopak bunga panjang bercuping dan umbelet juga dikelilingi oleh kelopak daun. Sebuah umbel besar utama dari suatu tangkai bunga dapat mengandung 50 umbelet, masing – masing dengan satu bunga. Umbel kedua, ketiga, dan keempat secara prograsif lebih kecil dan berkembang belakangan. Umbel keempat kurang produktif, dan bijinya gagal matang secara memadai yang merupakan salah satu penyebab utama rendahnya kualitas benih. Periode perbungaan dapat berlangsung selama lebih dari satu bulan. Bunga biasanya berkelamin ganda dengan perilau protrandrous dan mekar mulai dari bagian terluar ke arah pusat umbel (sentripal) dan penyerbukannya sebagian besar dengan bantuan serangga. Umbel yang mudah terlihat dan bunga bermadu dapat menarik serangga. Umbel yang mudah terlihat dan bunga bermadu dapat menarik serangga. Buah, bertangkap dua (bilocular), adalah suatu skizokarp ( buah yang tersusun ata beberapa buah yang mudah terlepas ) (Rubatzky and Mas, 1998).
Ketika matang, tangkai umbelet terluar melengkung ke dalam dan umbel tampak cekung serta terlihat mirip sarang burung. Biji pipih, berurat, berduri dan ukurannyasangat beragam, berkisar dari 500 hingga 1000 biji per gramnya. Pada kultivar dua-tahunan, tangkai bunga dan bijinya dihasilkan pada tahun kedua, tetapi dengan perencanaa periode pertumbuhan dan vernalisasi yang tepat, biji dapat dihasilkan dalam 12 hingga 13 bulan (Rubatzky and Mas, 1998).

a.                  Tipe Kultivar
Kultivar wortel dikelompokkan ke dalam beberapa tipe yang mencerminkan kesamaan morfologis. Walaupun semua kultivar dapat dijual segar, beberapa kultivar lebih sesuai untuk pengolahan, dan beberapa kultivar lainnya memiliki kegunaan ganda. Gambar berikut ini menggambarkan beberapa bentuk dan ukuran relatif dari beberapa kutivar terkenal.
Gambar 3 Bentuk dan ukuran relatif bebrapa kultivar wortel)
Negara yang berbeda menyukai tipe dan warna umbi wortel yang berbeda. Di Jepang, penduduknya jarang menyantap eortel mentah dan lebih menyukai umbi wortel panjang berwarna jngga kemerahan berbentuk silinder gemuk. Di Eropa, yang paling disukai adalah kultivar Nantes dan lir-Nantes kuning-jingga yang agak pendek dan ramping, sedangkan di Amerika Utara, tipe yang disukai adalah tipe kultivar imperator dengan umbi panjang berwarna jingga tua (Rubatzky and Mas, 1998).
Penggunaan kultivar hibrida dalam perdagangan telah meningkat secara nyata. Khususnya untuk tipe yang dijual segar. Keuntungan utamanya adalah keseragaman ukuran, bentuk, dan warna. Mandul jantan sitoplasmik (cytoplasmic male sterility – CMS) digunakan untuk memproduksi kultivar hibrida. Dua sumber CMS yang biasanya digunakan adalah tanaman dengan benang sari cokelat dan petaloid (struktur bunga yang mengalami modifikasi menyerupai kelopak bunga). Pada benang sari cokelat, kemandulan disebabkan tidak berfungsinya benang sari. Sifat mandul ini dikendalikan oleh sejumlah gen dalam sitoplasma dan sekurang – kurangnya melibatkan dua gen resesif dengan aksi komplementer. Kemandulan petaloid disebabkan oleh pembentukan struktur lir-kelopak-bunga di tempat benang sari dan juga dikendalikan secara sitoplasmik dan sekurang – kurangnya melibatkan dua gen dominan dengan aksi komplementer(Rubatzky and Mas, 1998).
Selain keseragaman, tujuan utama yang lain untuk memperbaiki kultivar wortel adalah meningkatkan laju pertumbuhan, hasil, kehalusan permukaan umbi, dan ketahanan terhadap retak. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki aroma, tekstur, ketahanan, terhadap bolting dan hama, dan adaptasi terhadap suhu tinggi yang lebih baik, khususnya di wilayah subtropika don tropika (Rubatzky and Mas, 1998).

b.                  Bolting
Kecuali untuk produksi benih, pembentukan tangkai tidak dikehendaki karena meningkatkan perkembangan serat pada hati umbi (Xilem). Kepekaan terhadap bolting disebabkan oleh suhu, kultivar, dan ukuran umbi. Beberapa kultivar memiliki sifat dua-tahunan yang sangat kuat, dan lebih toleran terhadap suhu rendah yang menginduksi bolting (Rubatzky and Mas, 1998).
Induksi pembungaan ditingkatkan melalui pemaparan terhadap suho 10°C atau lebih rendah selama 6 – 10 minggu. Kepekaan tanaman terhadap vernalisasi beragam menurut ukuran umbi. Tanaman dengan diameter umbi sedikitnya 6 mm lebih tanggap terhadap induksi suhu rendah, sedangkan kecambah kecil atau juvenile tidak. Pada kultivar berumbi besar, fase juvenile berakhir lebih lama. Tanaman muda juga lebih toleran terhadap suhu rendah dan bunga es daripada tanaman yang lebih tua. Kultivar yang memiliki sifat setahun lebih mudah membentuk tangkai bunga pada suhu rendah. Setelah vernalisasi, diperlukan 4 – 5 bulan untuk menghasilkan biji matang. Kasus bolting dapat dihindari atau dikurangi dengan penjadwalan tanam yang meminimumkan pemaparan tanaman terhadap suhu rendah yang terlalu lama. Kultivar berbunga lambat terbukti dapat mengatasi masalah ini (Rubatzky and Mas, 1998).

B.                 Syarat Tumbuh
Tanaman wortel menghendaki suhu udara dingin dan lembab. Pertumbuhan akar, dan daun optium pada suhu 16°C – 21°C. Pada suhu dibawah 0°C pertumbuhan berlangsung lambat; tanaman yang diaklimatisasi agak toleran terhadap bunga es. Suhu yang lebih tinggi dari 21°C cenderung menyebabkan umbi pendek dan keras, sedangkan suhu kurang dari 16°C cenderung menghasilkan akar ramping dan panjang. Fluktuasi suhu harian yang besar mendukung pertumbuhan cepat, dan jika suhu malam cukup dingin, wortel dapat ditanam di daerah tropis. Pertumbuhan daun tidak terlalu terpengaruh dengan suhu, dan lebih toleran dengan suhu tinggi daripada pertumbuhan umbi. Pada suhu lebih tinggi dari 30°C, pertumbuhan berkurang dan aktivitas umbi sangat buruk akibat berkembangnya aroma yang kuat. Pertumbuhan karoten dipengaruhi oleh suhu dan optimum pada suhu 16 – 25°C serta lebih atau lebih rendah maupun lebih tinggi dari kisaran suhun tersebut. Pembentukan pigmen terjadi setelah pertumbuhan umbi, sehingga umbi muda berwarna pucat. Dengan pertumbuhan yang terus berlangsung karoten terakumulasi  dan mencapai konsentrasi maksimum stelah tanaman berumur sekitar 90 – 120 hari. Selanjutnya danpat ajeg atau perlahan berkurang (Rubatzky and Mas, 1998).
Wortel secara normal hanya ditanam di daerah tropika garis lintang lebih tinggi (Taiwan atau Hongkong contohnya) atau pada ketinggian diatas 500 m. Tetapi kultivar – kultivar tertentu dapat memberikan hasil di daratan rendah tropika dengan pengurangan suhu malam sedikit saja (sebagai contoh seperti yang yang dapat diperoleh akibat terjadinya pendinginan malam katabatik di kawasan terkurung pegunungan) sangat memperbaiki panen. Hasil percobaan varietas wortel di Brunei pada suhu lingkungannya (rata – rata maksimum dan minimum 35/22°C) dan pada suhu malam yang diturunkan (35/17°C) adalah umbi wortel dapat tumbuh dengan baik. Hasil paling optimal terdapat pada suhu malam yang diturunkan dengan variasi kultivar Taiwan (Known You). Varietas yang dilaporkan cocok untuk daerakh tropika adalah Early Gem, Danvers Half Long, Early Nanters, Short’n/sweet, Royal Cross, dan Early Horn (Williams et al., 1993).
Tanah yang ideal untuk produksi wortel adalah tanah liat berpasir  atau gambut yang dalam, remah, subur, dengan drainase yang baik. Wortel, khususnya kultivar yang memiliki akar panjang, terpengaruh buruk oleh sifat tanah dangkal dan padat. Umbi dapat menjadi sangat pendek akibat tanah yang padat; bentuknya juga terpengaruh (Rubatzky and Mas, 1998). Williams et al. (1993) menambahkan bahwa tanah geluh berpasir yang teratus baik dibutuhkan untuk wortel, terutama di dataran rendah. Tanaman wortel juga cocok untuk budidaya di lahan pasir dan hidroponik. Tanah berat mengakibatkan kematian akar karena kekurangan oksigen, cacat bentuk, pemuntiran, percabangan dan terbelah.
 Cukup sinar matahari (tidak terlindung).  Ketinggian tempat lebih dari 600 m (optimum 1200 – 1500 m) diatas permukaan laut.  Di Indonesia wortel umunya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1.200 m dpl. tetapi dapat pula ditanam di dataran medium (ketinggian lebih dari 500 m dpl.), produksi dan kualitas kurang memuaskan (Perdana,2009).
Tipe iklim yang cocok untuk tanaman wortel adalah daerah beriklim A, B, dan C (menurut Schmidt – Fergusson) yaitu curah hujan antara 2000–7000 mm/tahun dengan bulan kering <4,5 bulan/tahun (Putu,2013). Rubatzky dan Mas (1998) menambahkan bahwa sebagian besar pertanaman wortel memerlukan sekitar 30 – 50 mm air per minggu atau dari 450 hinggga 600 mm selama satu musim tanam. Ketersediaan air yang beragam sangat diperlukan karena kelangasan yang rendah menimbulkan aroma umbi yang terlalu tajam, sedangkan kelengasan tanah yang tinggi dapat menyebaka ubi membelah atau pecah dan cenderung menghambat perkembangan warna. Penyiapan Bahan Tanam

C.                Teknik Budidaya Tanaman
1.                  Penyiapan Bahan Tanaman
Wortel secara umum diperbanyak dengan benih (biji).  Benih wortel dapat diperoleh dari kios/toko saprodi, dan pada umumnya benih yang dijual adalah benih hibrida.  Petani tradisonal di Jawa Barat banyak menggunakan benih wortel non hybrid yang diproduksi sendiri.  Kebutuhan benih per ha luas lahan berkisar antara 1,5-3 kg benih (setiap 1 gr benih terdiri atas 200 biji wortel).
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a)      Tanaman tunbuh subur dan kuat
b)      Bebas hama dan penyakit ( sehat )
c)      Bentuknya seragam
d)     Dari jenis yang berumur pendek
e)      Berproduksi tinggi
Wortel diperbanyak secara generative dari biji. Biji wortel dapat dibeli dari took sarana dan produksi pertanian terdekat, tetapi dapat pula dengan pembenihan sendiri, terutama atas jenis atau varietas wortel lokan dan non hibrida.
Para petani di sentra produksi sayuran sudah umum mempraktekan pembenihan (pembijian) wortel lokal dengan tahap-tahap pekerjaan sebagai berikut :
        i.            Pilih tanaman wortel yang umurnya cukup tua (± 3 bulan), tumbuhnya subur dan sehat. Bongkar (cabut) tanaman wortel pilihan tadi, kemudian amati umbinya Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon induk, bentuk normal (tidak cacat), warna kulit mengkilap kuning/jingga dan halus.Potong ujung umbi wortel maksimal sepertiga bagian, pangkas pula tangkai daun bersama daunnya, sisakan 10 cm yang lekat pada umbi.
      ii.            Siapkan lahan untuk kebun pembibitan wortel dapat bentuk bedengan-bedengan yang diolah secara sempurna (dipupuk kandang optimal).
    iii.            Buat lubang tanam dengan alat bantu cangkul/tunggal pada jarak tanam 40-60 cm x 40-60 cm.
    iv.            Tanam umbi wortel pada lubang tanam, padatkan tanahnya perlahan-lahan hingga menutup bagian leher batang.
      v.            Buat alur-alur dangkal disepanjang barisan tanaman (umbi) wortel sejauh ± 5 cm dari batang (dalam bentuk lubang pupuk oleh tugal).
    vi.            Lakukakan pemberian pupuk buatan berupa campuran ZA+SP+KCL (1:2:2) sebanyak 10 gr/tanaman, kemudian pupuk tersebut segera ditutup dengan tanah tipis
  vii.            Pelihara kebun bibit wortel selama ± 3 bulan hingga menghasilkan tangkai buah dan biji dalam jumlah banyak.
viii.            Petik tangkai buah wortel yang sudah tua (kering), lalu jemur hingga kering untuk diambil biji-bijinya

2.      Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah umumnya dilakukan 2 kali yaitu pengolahan kasar dan penghancuran serta sekaligus pembentukan bedengan.  Kedalaman olah ±30 cm dan tenggang waktu antara pengolahan tanah I dan II adalah ±7 hari. 
Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1-2 m, tinggi 30 cm dan lebar parit 30 cm.  Untuk meningkatkan kesuburan tanah, pada saat pengolahan tanah II sekaligus dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk organic (pupuk kandang, kompos, bokashi atau pupuk hijau) sebanyak 20-40 ton/ha.  Pada saat penanaman diberikan campuran pupuk buatan, terdiri atas Urea 100 kg, TSP 100 kg, dan KCL 30 kg.


Gambar 4 Pembentukan bedengan
 







Berikut adalah penjelasan secara detail tentangg pengolahan lahan:
Persiapan
Mula-mula tanah dicangkul sedalam 40 cm, dan diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 ton setiap hektarnya. Tanah yang telah diolah itu diratakan dan dibuat alur sedalam 1 cm dan jarak antara alur 15-20 cm. Areal yang akan dijadikan kebun wortel, tanahnya diolah cukup dalam dan sempurna, kemudian diberi pupuk kandang 20 ton/ha, baik dicampur maupun menurut larikan sambil meratakan tanah. Idealnya dipersiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan selebar 100 cm dan langsung dibuat alur-alur/larikan jarak 20 cm, hingga siap ditanam.

Pembukaan Lahan
Membuka Lahan
        i.            Babat pohon-pohon atau semak-semak maupun tanaman lain yang tidak berguna.
      ii.            Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma), batu kerikil dan sisa tanaman lain.
    iii.            Mengolah Tanah.
    iv.            Olah tanah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan alat bantu cangkul, bajak/traktor.
      v.            Biarkan tanah di kering anginkan selama minimal 15 hari, agar kelak keadaan tanah benar-benar matang.

3.      Penanaman
Benih ditanam sedalam 2 – 20 cm. Takaran penanaman (1 – 3 juta benih/ha) ditentukan berdasarkan persentase perkecambahan, kejaguran benih, dan pengaruh kondisi lapangan dan lingkungan terhadap kemunculan kecambah yang diperkirakan. Penentuan ini penting karena penjarangan tanaman wortel tidak layak; dengan demikian tujuan kegunaan tanaman menentukan kerapatan tanaman yang digunakan. Untuk wortel yang dijual segar, kerapatan tanaman berkisar dari 80 – 100 umbi per m2. Populasi lapangan untuk kultivar berumbi kecil sebesar , dan kerapatan yang sama juga digunakan dalam produksi umbi untuk diolah minimum, yaitu potong dan kupas, yang secara salah kaprah keduanya disebut wortel bayi. Namun, untuk wortel yang sangat kecil yang dipanen sangat dini, biasanya digunakan kerapatan 5 juta benih/ha. Umbi ini tidak untuk diolah dan hanya diproduksi untuk pasar tertentu. Untuk kultivar berumbi besar, yang biasanya diolah, kerapatan lapangan berkisar dari 40 sampai 70 tanaman per m2. Secara umum, untuk kultivar tertentu, umbi menjadi besar jika populasinya rendah dan kecil jika ditanam sangat rapat (Rubatzky and Mas, 1998).
Penanaman dilakukan dalam baris tunggal maupun baris ganda atau secara acak dalam alur yang sempit. Idealnya, jarak tanam harus menghasilkan jarak antarumbi yang seragam, tetapi hal ini sulit dicapai walaupun digunakan alat tanam akurat. Untuk menyesuaikan sebagian besar peralatan panen mekanis, jarak antar baris atau antar alur benih biasanya kurang dari 10 atau 12 cm (Rubatzky and Mas, 1998).

Penentuan Pola Tanaman
Tanah kebun dicangkul sedalam 30-40 cm dan digemburkan. Setelah itu di buat bedengan tanaman selebar kurang lebih 100 cm dan dibuat guritan dengan jarak kurang lebih 20 cm.

Pembuatan Lobang Tanam
Tanah diolah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan menggunakan traktor/bajak dan alat cangkul. (Perdana,2009)

4.      Pemeliharaan Tanaman
a.                  Pemupukan
Tanaman wortel agak toleran terhadap keasaman tanah; pH yang sesuai adalah antara 5,5 da 7,0. Pemupukan biasanya dilakukan dengan dosis 75 – 150 kg/ha N, 50 – 100 kg/ha P, 50 – 200 kg/ha K (wortel umumnya menyerap unsur K lebih banyak). Sebagian besar rekomendasi menganjurkan untuk menghindari kelebihan nitrogen, karena cenderung merangsang pertumbuhan daun daripada pembesara umbi (Rubatzky and Mas, 1998).
Pengaplikasian pupuk dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai beriktu:
1.                            Sebarkan pupuk kandang yang telah matang (jadi) sebanyak 15-20 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian campurkan dengan lapisan tanah atas secara merata. Pada tanah yang masih subur (bekas kubis atau kentang), pemberian pupuk dapat ditiadakan.
2.                            Ratakan permukaan bedengan hingga tampak datar dan rapi.
Tanaman wortel (Daucus carota L.)  perlu mendapakan unsur hara yang cukup, maka pemupukan terhadap tanaman wortel perlu dilakukan, cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan secara merata dalam alur – alur atau garitan – garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh 5-10 cm dari batang wortel, kemudian luang tersebut segera ditutup dengan tanah dan disiram atau diairi hingga cukup basah. Waktu pemberian pupuk susulan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni pada saat tanaman wortel berumur 1 bulan. Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan susulan adalah Urea atau ZA.
Williams et al. (1993) menganjurkan perlakuan pemberian pupuk dengan dosis 400 kg/ha pupuk majemuk 12:12:17:2 + UM, 300 kg/ha KCl, 150 kg/ha kiserit dan 100 kg/ha Urea yang diberikan dalam dosis tinggi selama enam minggu pertama. Pemberian pupuk organic hendaknya dihindari pada budidaya dataran rendah, tetapi pupuk berserat yang matang yang memperbaiki pengatusan pada tanah – tanah berat dapat digunakan pada budidaya musim dingin dan di daerah pegunungan.

b.                  Pengapuran
Pengaplikasian Kapur dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1.                          Lakukan pengapuran bila pH tanah asam di bawah 5 dengan cara menaburkan bahan kapur seperti Calcit, Dolomit atau Zeagro 1 secara merata di permukaan tanah. Dosis kapur yang diberikan berkisar antara 0,75-10,24 ton/ha.
2.                          Campurkan kapur dengan lapisan tanah atas (top soil) sambil dibalikan hingga benar-benar merata. Bila tidak turun hujan, tanah yang telah dikapur sebaiknya disiram (diairi) hingga cukup basah.

c.                   Pengairan
Pemeliharaan pertama adalah penyiraman, pada fase awal tanaman wortel (Daucus carota L.) memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama pada musim kemarau. Cara pengairan (penyiraman) adalah dengan disiram menggunakan alat bantu gembor (embrat). Cara pemberian air yang lain ialah dengan jalan menggenangi parit di antara bedengan. Cara seperti ini dapat dilakukan bila terdapat saluran drainase. Waktu penyiraman sebaiknya pada pagi atau sore hari, saat suhu udara dan terik matahari tidak terlalu tinggi. Bila tanaman wortel (Daucus carota L.) sudah tumbuh besar, maka pengairan dapat dikurangi. Pengairan harus diperhatikan agar tanah tidak mengalami kekeringan (Anonim, 2011).
Hasil dan efisiensi terbaik diperoleh jika pemberian air dilakukan pada saat 40% lengas pada zona perakaran telah habis (Rubatzky and Mas, 1998). William et al. (1993) berpendapat bahwa wortel harus diairi dengan hati – hati dan jarnag – jarang di daerah rendah tropika. Konsumsi airnya relatif rendah dibandingkan tanaman lain. Tanah yang lewat basah akan mengakibatkan akar cacat bentuk.

d.                  Penjarangan
Tanaman yang telah tumbuh harus segera diseleksi, caranya dengan mencabut tanaman yang lemah atau kering, dan meninggalkan tanaman yang sehat dan kokoh. Tindakan ini sekaligus diikuti dengan penjarangan yang berguna untuk memberikan jarak dalam alur dan menjaga tercukupinya sinar matahari sehingga tanaman tumbuh subur. Penjarangan menghasilkan alur yang rapi berjarak antara 5- 10 cm. Penjarangan tanaman wortel (Daucus carota L.) dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam.

e.                   Pembentukan Bedengan
Pembentukan Bedengan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1.                        Olah tanah untuk kedua kalinya dengan cangkul hingga struktur tanah bertambah gembur.
2.                        Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 120-150 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar bedengan 50-60 cm dan panjang tergantung pada keadaan lahan.

f.                   Pembumbunan
Setelah itu, perlu diadakan pembumbunan, yang dilakukan untuk membersihkan gulma yang dapat mengganggu tanaman pokok. Bibit yang masih sangat muda menghendaki perlindungan tumbuhan pengganggu antara lain gulma. Pembumbunan ini juga akan memperbaiki aerasi tanah. Aerasi berkaitan erat dengan sirkulasi udara dalam tanah. Aerasi tanah yang baik akan menunjang kehidupan organisme dalam tanah terutama organisme yang menguntungkan misalnya dekomposer. Dekomposer akan mengurai bahan-bahan organik tanah sehingga siap digunakan oleh tanaman. Selain itu, pembumbunan akan memperlancar drainase karena ketinggian tanah akan berbeda sehingga tidak ada genangan. Genangan pada sekitar batang tanaman dapat merusak akar karena menyebabkan pembusukan akar tanaman (Noviana, 2011).

g.                  Penyiangan dan Pendangiran
Setelah itu, perlu diadakan penyiangan dan pendangiran, Tujuannya penyiangan adalah agar tanaman tidak terganggu rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun. Gulma tersebut merupakan pesaing tanaman wortel dalam kebutuhan air, sinar matahari, unsur hara dan lain – lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan biasanya saat tanaman wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan pemupukan. Cara menyiangi yang baik adalah membersihkan rumput liar dengan alat bantu cangkul atau sekop. Tanah di sekitar digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kelak umbinya tertutup oleh tanah (anonim b, 2010).

h.                  Pengendalian Organisme dan Patogen Penyebab Penyakit
Hama dan penyakit tanaman wortel (Daucus carota L.) sangat beragam, contoh hama pada tanaman wortel ialah Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.) yang sering uler lutung (Jawa) atau hileud taneuh (Sunda) dan “Cutworms” (Inggris). Serangga dewasa berupa kupu – kupu berwarna coklat tua, bagian sayap depannya bergaris – garis dan terdapat titik putih. Stadium hama yang merugikan tanaman adalah ulat atau larva. Ciri ulat tanah adalah bewarna coklat sampai hitam, panjangnya antara 4-5 cm, dan bersembunyi didalam tanah. Ulat tanah menyerang bagian pucuk atau titik tumbuh tanaman yang masih muda. Akibat serangan, tanaman layu atau terkulai, terutama pada bagian tanaman yang dirusak hama. Pengendalian hama secara non kimiawi dapat dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada pagi atau siang hari, dari tempat yang dicurigai bekas serangannya untuk segera dibunuh, menjaga kebersihan kebun, dan pergiliran tanaman. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektida Furadan 3 G atau Indofuran 3 G pada saat tanam atau di semprot Hostthion 40 EC dan lain – lain pada konsentrasi yang dianjurkan. Berikutnya adalah Kutu Daun (Aphid, Aphis spp.). Kutu daun dewasa bewarna hijau sampai hitam, kutu daun ini hidup berkelompok di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Hama ini menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun keriting atau abnormal. Kutu daun bersifat polifag, artinya dapat menyerang berbagai jenis tanaman. Serangan paling berat terjadi pada musim kemarau. Pengendalian kutu di antara lain dengan mengatur waktu tanam secara serempak dalam satu hamparan lahan untuk memutuskan siklus hidupnya atau disemprotkan dengan inteksida yang mangkus seperti Decis 2,5 EC dan lain – lain yang tetera di labelnya. Contoh berikutnya adalah  Lalat atau magot (Psila rosae) Stadium hama yang sering merusak tanaman wortel (Daucus carota L.) adalah larvanya. Larva masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian hama lalat antara lain dengan cara pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili atau disemprot inteksida Decis 2,5 EC dan lain – lain (Anonim c, 2012). Penyakit yang sering terdapat pada tanaman wortel adalah Bercak daun Cercospora. Penyebab penyakit bercak daun Cercospora adalah cendawan (jamur) Cercospors carotae (Pass.) Solheim. Gejalanya dapat berupa timbul bercak – bercak berwarna coklat muda atau putih dengan pinggiran bewarna coklat tua sampai hitam pada daun – daun yang sudah tua. Pengendalian  yang dapat dilakukan oleh petani adalah disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung tembaga klorida satu permil selama 5 menit, pegiliran tanaman dengan jenis lain yang ridak sefamili, pembersih sisa- sisa tanaman dari sekitar kebun, penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2%. Penyakit berikutnya adalah Nematoda bintil akar, penyebabnya adalah mikroorganisme nemtoda Sista (Heterodera carotae). Gejalanya adalah umbi dan akar tanaman wortel menjadi salah bentuk, yakni berbenjol – benjol abnormal. pengendalian nematoda antara lain dengan cara pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili, pemberaan lahan dan penggunaan nematisida seperti Rugby 10 G atau Rhocap 10 G. Contoh penyakit pada tanaman wortel berikutnya adalah  Busuk Alternaria, disebabkan karena cendawa Alternaria dauci Kuhn. Gejala serangan dapat dilihat pada daun terjadi bercak – bercak, bewarna coklat tua sampai hitam yang di kelilingi oleh jaringan berwarna hijau – kuning (klorotik), pada umbi ada gejala bercak-bercak tidak beraturan bentuknya, kemudian membusuk berwarna hitam sampai hitam kelam.  pengendaliannya sama dengan cara yang dilakukan pada Cercospora yaitu disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung tembaga klorida satu permil selama 5 menit, pegiliran tanaman dengan jenis lain yang ridak sefamili, pembersih sisa- sisa tanaman dari sekitar kebun, penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2% (achmadi, 2013).
Gambar 5 Wortel yang terkena dampak lalat wortel

5.                  Panen dan Penanganan Pasca Panen
Panen wortel tidak ditentukan oleh fase kematangan tanaman tanaman yang jelas. Pada berbagai musim, tanaman sering dipanen ketika umbi belum mencapai ukuran yang diharapkan atau belum memperoleh hasil yang maksimum. Bergantung pada kondisi pertumbuhan dan kultivar, periode dari penanaman hingga panen dapat kurang dari 70 hari hingga lebih dari 150 hari. Panen dini dapat dicapai dengan ukuran umbi kecil dan/atau laju pertubuhan cepat. Kadang – kadang umbi disimpan di lapangan dan dipanen saat diperlukan. Wortel untuk pengolahan ditanam lebih lama untuk meningkatkan bobot, warna, dan tingkat kemanisan serta bobot kering. Kandungan bobot kering yang tinggi berkaitan dengan sifat penyimpanan dan penanganan lebih baik. Namun, penundaan panen yang berkepanjangan sering dibarengi dengan meningkatnya pembentukan serat dan aroma yang kuat (Rubatzky and Mas, 1998).
Panen dengan tangan merupakan pekerjaan yang sulit dan jarang dilakukan kecuali dalam produksi pekarangan atau dalam skala kecil. Pada salah satu tipe panen mekanis, yaitu umbi digali dengan mesin, sabuk penggenggam secara bersamaan mennggenggam daun dan mencabut tanaman dari tanah. Langkah ini diikuti dengan pembuangan daun. Ketika umbi dimasukkan ke dalam wadah besar atau truk. Daun yang sehat dan kuat adalah sifat penting untuk panen yang efisien. Namun pertumbuhan daun yang berlebihan dapat mengganggu efisiensi panen. Dengan tipe mesin pemanen yang lain, daun terlebih dulu dipotong, kemudian umbi digali dan diangkat dari dalam tanah, sama dengan panen dan penanganan kentang (Rubatzky and Mas, 1998).
Karena perkembangan umbi tidak seragam, maka terdapat sebagian besar umbi berukuran kecil dan tak layak jual. Wortel dengan umbi berbentuk kerucut lebih toleran terhadap kondisi pertumbuhan dan panen yang tidak sesuai daripada umbi berbentuk silinder, karena bentuk kerucut secara fisik lebih tahan menembus tanah selama pertumbuhan dan tidak mudah patah selama dan setelah dipanen. Umbi wortel tanpa tajuk biasanya ditangani secara tumpukan dan kemudian dipilah – pilah untuk diolah atau dikemas untuk dijual segar (Rubatzky and Mas, 1998).
Persiapan pascapanen wortel tanpa daun dapat melalui beberapa cara. Untuk dijual segar, wortel dapat ditangani dan dipajang dalam onggokan atau dibungkus. Wortel yang ditangani dalam tumpukan segar dapat dipasarkan setelah dicuci, kebiasaan yang tidak dilakukan di kebanyakan negara. Wortel yang dicuci dapat dipasarkan setelah dibungkus dengan kantong plastik kecil dan menjadi sangat popular karena bungkusan ini dapat mempertahankan kualitas.. Bungkusan plastik tersebut berisi umbi yang bersih dan relatif seragam (Rubatzky and Mas, 1998).
Walau sangat jarang, pemasaran wortel berdaun dalam bentuk ikatan masih sering dilakukan. Tujuan utama dari tidak dibuangnya daun yang sehat dan menarik adalah untuk menunjukan kesegaran umbi. Biasanya tipe produk yang seperti ini bukan untuk dimakan. Selama panen, umbi digali dan dicabut dari dalam tanah dengan tangan. Beberapa tanaman dengan umbi seragam diikat menjadi satu di sekeliling pangkal daun untuk membentuk sebuah ikatan. Setiap ikatan memiliki jumlah dan bobot ombi yang hamper sama. Setelah diikat, umbi dicuci untuk membersihkan umbi dari tanah yang masih melekat. Beberapa ikatan kemudian diletakkan ke dalam wadah dan didingankan dengan air atau ditambahkan es untuk menurunkan suhu dan respirasi produk. Wortel harus sesegera mungkin didinginkan hingga 1°C atau 2°C untuk mempertahankan kualitas. Mengurangi kelayuan merupakan hal yang sangat penting bagi wortel ikatan (Rubatzky and Mas, 1998).

a.                  Penyimpanan
Wortel terbaik disimpan pada suhu 0°C dan RH 95%. Gula meningkat selama penyimpanan pada suhu rendah. Laju respiratif umbi wortel relatif rendah dibandingkan dengan sayuran lain, dan umbi dapat disimpan selama beberapa tahun jika kondisi penyimpanannya baik. Dalam kondisi yang baik ini, wortel yang dibungkus plastik dapat bertahan dan kualitasnya tetap baik selama 6 – 7 minggu. Namun, wortel ikatan memiliki daya simpan yang buruk dan kekerasan umbinya mudah menyusut karena kandungan lengasnya terserap oleh daun. Akibatnya, secara nyata umbi daun umur simpannya menurun. Paling lama hanya bertahan hingga 7 hari. Penyimpanan pasca panen wortel yang berbentuk pengolahan minimum dengan dipotong kecil – kecil kemudian dibungkus plastik, biasanya terbatas hingga kurang dari 20 hari (Rubatzky and Mas, 1998).
Wortel Untingan dapat disimpan hingga 4 minggu dengan menjaga suhu berkisar di 32°F dengan kelembaban nisbi sebesar 90 – 95 %. Penyimpanan tersebut berkemungkinan mengakibatkan hilangnya bobot maksimal sebesar 25%. Pada wortel yang dihilangkan pucuknya dapat disimpan dari 20 hingga 24 minggu dengan menjaga suhu berkisar di 32°F dengan kelembaban nisbi sebesar 95%. Penyimpanan tersebut menimbulkan produksi panas pada wortel sebesar 810 BTU/ton-hari dengan kemungkinan kehilangan bobot maksimal sebesar 20 hingga 35% (Pantastico, 1984).
Pemaparan terhadap etilen selama penyimpanan menyebabkan pembentukan rsa pahit oleh senyawa isokumarin. Oleh karena itu, wortel tidak boleh disimpan bersama dengan komoditas lain yang menghasilkan etilen, seperti apel, melon, pisang, dsb (Rubatzky and Mas, 1998).

b.                  Kegunaan dan Komposisi
Wortel sangat dihargai nilai gizinya karena merupakan sumber pro-vitamin A yang penting, dan dikonsumsi mentah atau setelah dimasak. Walaupun jarang digunakan, daun muda yang lembut juga dapat dimakan. Umbi diolah melalui pengalengan, pembekuan dan pengeringan. Produk bernilai tambah baru yaitu diolah minimum dikenal sebagai umbi potong dan kupas, dibentuk ulang, atau umbi bayi. Produk ini disiapkan melalui pemotongan umbi menjadi potongan sepanjang 4 – 7 cm, yang diikuti dengan pengupasan abrasive dengan mesin yang menhasilkan potongan umbi ramping kecil yang sesuai untuk bahan pangan kudapan dan kegunaan segar. Umbi wortel kecil dan/atau muda biasanya juga dijual sebagai umbi bayi dan merupakan produk khusus yang penting. Kegunaan lain wortel adalah karoten yang diekstrak untuk pemberi warna margarin, dan sebagai sumber karoten alami. Karoten juga ditambahkan ke dalam pakan ternak untuk meningkatkan warna kulit dan kuning telur. Minyak biji wortel diekstrak untuk bahan penambah aroma. Aroma wortel rumit dan sangat dipengaruhi oleh keberadaan terpenoid volatile yang berkisar dari lembut hingga tajam bergantung pada kultivar dan kondisi lingkungan. Kadar gula yang memadai juga penting untuk kemanisan umbi guna memenuhi harapan konsumen (Rubatzky and Mas, 1998).

D.                Kendala Budidaya Wortel
1.                  Bahaya Erosi
Ancaman yang timbul pada lahan budidaya tanaman wortel adalah Bahaya Erosi. Bahaya erosi meliputi kelerengan dan bahaya erosi. Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan, erosi alur dan erosi parit. Pengharkatn kelerengan disajkan pada Tabel (Djaenudin et.al, 2003):
2.                  Kesehatan Tanah
Produktivitas wortel mengalami peningkatan sebesar 15.86 t ha-1 pada tahun 2012 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 14.67 t ha-1 (BPS, 2012). Peningkatan produksi wortel tersebut menjadikan wortel sebagai komoditas dari sektor pertanian yang cukup prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, namun kualitas umbi yang dihasilkan didominasi malformasi bentuk pada umbi seperti umbi bercabang (forking) bengkok dan kerdil yang mengakibatkan penurunan nilai ekonomis. Umbi abnormal secara umum disebabkan oleh kondisi tanah yang padat, aerasi buruk disertai kesehatan tanah yang rendah atau biasa disebut hambatan mekanis tanah. Hambatan mekanis tanah (Mechanical impedance) dipengaruhi oleh mineralogi liat, bobot isi tanah, tekstur, struktur, kelembapan, dan kandungan bahan organic. Kondisi tanah tersebut dapat diperbaiki dengan pengolahan tanah yang berpengaruh pada struktur tanah, kemampuan menahan air, aerasi, infiltrasi, pembatasan kehilangan unsur hara, suhu dan evaporasi. Pengolahan tanah akan mengurangi pembentukan panas, membentuk ruang perakaran yang optimum dan memecah saluran kapiler dalam tanah. Lapisan yang diolah akan mengering dengan cepat, tetapi kelembaban dibawah dapat terkonservasi dengan baik. Disisi lain pengolahan tanah membutuhkan input energi yang tinggi dari tenaga manusia, hewan, bahan bakar dan mesin mekanisasi. Pengolahan tanah yang berlebihan berpengaruh negatif terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga diperlukan metode pengolahan yang tepat dalam budidaya tanaman wortel agar diperoleh cara budidaya tanaman yang berdayaguna dan produktif (Andriani, et.al., 2013)



III.             PENUTUP

A.                Kesimpulan
Wortel merupakan tanaman daerah subtropik yang dapat dibudidayakan di daerah tropic seperti Indonesia dengan dilakukannya beberapa perlakuan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Perlakuan tersebut dapat berupa menaikkan suhu lingkungan (vernalisasi) agar tanaman mendapatkan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan akar, daun serta proses pembungaan. Selain itu terdapat perlakuan lain berupa pengolahan tanah, pengairan, penjarangan, pengatur jarak tanam dan sebagainya.

B.                 Saran
Budidaya wortel, terutama di daerah tropika harus memperhatikan faktor – faktor tumbuh wortel sepertu suhu, pengairan, tanah, serta nutrisi yang sesuai untuk menciptakan hasil produksi yang baik.





DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, I. 2013. Teknik Budidaya Tanaman Wortel. <http://indraachmadi.blogspot.com/2013/06/teknik-budidaya-tanaman-wortel.html>. diakses pada 15 Mei 2014.

Anonim (a). 2011. Budidaya Tanaman Wortel. <http://pertanian-1997.blogspot.com/2011/11/tanaman-wortel.html>. diakses pada 14 Mei 2014.

Anonim (b). 2010. Budidaya Wortel. <http://blog.ub.ac.id/2010/05/28/budidaya-wortel/> diakses 14 Mei 2014.


Andriani, P., A. Suryanto, Y. Sugito. 2013. Uji metode pengolahan tanah terhadap hasil                       wortel (Daucus carota L.) varietas lokal Cisarua dan takii hibrida. Jurnal Produksi Tanaman 1: 442-449.

Djaenudin, D., Marwan H., Subagio H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditi pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Pantastico, E. B. 1984. Postharvest Physiology, Handling, and Utilization of Tropical, and Sub-Tropical Fruits and Vegetables (Fisiologi pascapanen, penanganan, dan pemanfaatan buah – buahan dan sayur – sayuran tropika dan sub tropika, alih bahasa: Kamariyani). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Perdana, D. A. 2009. Budidaya wortel. <http://dimasadityaperdana.blogspot.com/2009/06/wortel-daucus-carrota-l-i.html> Diakses pada 16 Mei 2014.

Putu, I. D. 2013. Budidaya Wortel (Daucus carrota).Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Seumedang.

Rubatzky, V. E. and Mas Y. 1998. World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Values (Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi, alih bahasa: Herison). Edisi ke-2. Penerbit ITB, Bandung.

Williams, C. N., J. O. Uzo, and W. T. H. Peregrine. 1993. Vegetables Production in the Tropics (Produksi Sayuran Daerah Tropika, alih bahasa: Ronoprawiro). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.





Comments

Popular posts from this blog

ALAT MUSIK TRADISIONAL 34 PROVINSI

Makalah Tentang Makanan Kue Kering dan Gorengan

CONTOH SOAL MID SEMESTER KELAS VIII SEMESTER 1