KACANG TANAH
- PENDAHULUAN
Kacang
tanah (Arachis Hypogaea L.) secara ekonomi merupakan tanaman kacang kacangan
yang menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk dikembangkan
karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam negeri yang cukup
besar. Biji kacang tanah dapat digunakan langsung untuk pangan dalam bentuk
sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai bahan baku industri seperti keju,
sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk pakan ternak dan pupuk (Marzuki,
2007).
Kacang tanah mengandung gizi yang tinggi. Kandungan
gizi kacang tanah dalam 100 g bahan adalah Kalori 452 kal, Protein 25.3 g,
Lemak 42.8 g, Karbohidrat 21.1 g, Kalsium 58 mg, Fosfor 335 mg, Zat besi 1.3
mg, Vitamin B1 0.30 mg dan Vitamin C 3 mg (Pitojo, 2005).
Kacang tanah di
Indonesia ditanam banyak di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah
mulai ditanam di seluruh Indonesia. Data yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), menunjukan bahwa di Indonesia luas areal pertanaman kacang
tanah pada Tahun 2009 seluas 628.660 ha dan produksinya sebesar 763.507 ton,
dengan produktivitas sebesar 1.21 ton/ha. Kacang tanah di Indonesia luas areal
pertanaman semakin menyempit. Produksi kacang tanah dari tahun ke tahun pun
menurun seiring berkurangnya lahan pertanian khususnya luas areal kacang tanah.
Tidak sebanding dengan makin bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun di
Indonesia mengakibatkan volume impor kacang meningkat. Untuk mengatasi
permasalahan ini diperlukan teknik produksi berupa teknologi serta pengetahuan
yang baik tentang kacang tanah dan penggunaan benih unggul untuk memperbaiki
produksi kacang tanah (Badan Pusat Statistik, 2010).
Produktivitas
kacang tanah Indonesia yang masih sangat rendah yaitu sekitar 1 ton/ha, dimana
tingkat produktivitas yang dicapai baru setengahnya dari potensi hasil riil
apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Cina yang sudah mencapai lebih
dari 2 ton/ha.Hal tersebut bukan semata-mata disebabkan oleh perbedaan teknologi
produksi,namun juga karena adanya pengaruh faktor-faktor lain seperti karakter
agroklimat,umur panen, intensitas dan jenis hama penyakit, cara usaha tani
serta varietas yang ditanam. Survei membuktikan bahwa potensi biologis
tertinggi tingkat produktivitas kacang tanah yang pernah dicapai oleh Indonesia
antara 3.0-4.5 ton/ha.Peningkatan produksi dapat juga diupayakan dengan
memperbaiki kultur teknis,seperti perawatan tanaman,pemupukan yang tepat dan
sistem draenasi.Salah satu penurunan produksi kacang tanah dapat disebabkan
oleh ketidakmampuan ginofor sampai ke dalam tanah sehingga menyebabkan ginofor
gagal membentuk polong (Pitojo, 2005).
Prduksi kacang
tanah di Sumatera Barat terus meningkat dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Hal
ini dapat dilihat dari data yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik. Hasil
proyeksi dari data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kacang tanah 5 tahun
terakhir di Kabupaten Lima Puluh Kota terus meningkat dari tahun 2008 produksi
kacang tanah di Kabupaten Lima Puluh Kota ini adalah 183 ton/ha dan pada tahun
2012 berdasarkan hasil proyeksi adalah 496,12 ton/ha, (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lima Puluh Kota, 2013).
Upaya peningkatan produksi tanaman
kacang tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan
cara pemupukan, baik pupuk organic maupun pupuk anorganik. Kecenderungan
penggunaan pupuk kimia (anorganik) secara berlebihan dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan, selain itu penggunaan secara terus-menerus dalam waktu
lama akan dapat menyebabkan prosuktivitas lahan menurun seperti penurunan derajat
keasaman, struktur, tekstur dan kandungan unsure hara tanah. Fungsi utama pupuk
adalah menyediakan atau menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Unsur-unsur hara tersebut kadang tersedia dalam jumlah yang sedikit, bahkan
tidak tersedia sama sekali (Lidar dan Surtinah, 2012). Salah satu usaha untuk
memperbaiki kesuburan tanah pertanian adalah dengan pemberian bahan organik.
Sehubung dengan meningkatkan
produksi kacang tanah perlu ada upaya dengan cara peningkatan kesuburan tanah,
misalnya dengan pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam
upaya meningkatkan hasil tanaman. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran
diharapkan akan dapat memberi hasil yang menguntungkan secara eknomis. Dengan
demikian, dampak yang diharapkan dari pemupukan ini tidak hanya meningkatakan
hasil per satuan luas lahan pertanian, tetapi juga efisiensi dalam penggunaan
pupuk (Tivelman,2018)
Pupuk organik dapat mengatasi
akibat negatif dari penggunaan pupuk anorganik dengan dosis tinggi secara
terus-menerus. Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan ada dua macam
yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair (Rizki,2014). Limbah
peternakan merupakan limbah yang diperoleh dalam jumlah besar dan dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Limbah ternah dapat berupa limbah padat
(feses) dan limbah cair (urin). Limbah peternakan umunya meliputi semua kotoran
yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat
dan cairan, gas maupun sisa pakan (Gunawan, 2005). Limbah ternah yang
berpotensi sebagai sumber organik adalah kambing dan domba. Limbah ternak
kambing berupa feses dan urin mengandung kalium relatif lebih tinggi dari
limbah ternak lain. Feses kambing mengandung N dan K dua kali lebih besar
daripada kotoran sapi (Balai Latihan Ternak,2003). Oleh karena kandungan N dan
K pada limbah kambing tersebut tinggi maka dapat dijadikan sebagai pupuk
organic.
Pupuk organik hasil limbah kambing
yang berupa urin dapa dijadikan sebagai pupuk organik cair. Pengolahan urin
kambing menjadi pupuk cair dapat dilakukan melalui proses fermentasi. Hasil
analisis di laboratorium menunujukkan kadar hara N, K dan C-organik pada
biourin maupun biokultur yang difermentasi lebih tinggi disbanding urin atau
cairan feses yang belum difermentasi. Kandungan N pada biourin meningkat dari
rata-rata 0,34% menjadi 0,89%, sedangkan pada biokultur menigkat dari 0,27%
menjadi 1,22%. Kandungan K dan C-organik juga meningkat drstis (Londra,2008).
Urin yang dihasilkan hewan ternak sebagi hasil metabolism tubuh memiliki nilai
yang sangat bermanfaat yaitu kadar N dan K sangat tinggi, selain itu urin mudah
diserpa tanaman serta mengandung hormon pertumbuhan tanaman (Sosrosoedirjo,1981
dalam Budhie, 2010)
Pupuk
organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organic yang
bersal dari sisa tanaman, hewan dan manusia yang kandungan unsure haranya lebih
dari satu unsur(Hadisuwito, 2007). Pupuk organic cair memiliki kandungan bahan
kimi maksimal 15% dan mengadung bahan tertentu seperti mikroorganisme yang
jrang terdapat dalam pupuk organic padat, disamping itubiasanya pupuk orgaik
caik juga mengantung asam amino dan hormone yaitu Giberelin, Sitokinin dan IAA
(Parnata, 2004)
Pemanfaatan limbah urine ternak
seperti sapi, kambing ataupun kuda merupakan alternatif lain dari limbah padat
yang biasa digunakan. Mathius (1994) menyatakan produksi urine kambing-domba
menunjukan nilai 600 hingga 2500 ml/hari dengan kandungan nitrogen yang
bervariasi (0,51-071) %. Urine memiliki keunggulan karena mengandung berbagai
unsur hara makro yaitu N (Nitrogen), Phospat (P), Kalium (K) dan Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) yang dibutuhkan oleh tanaman. Nathania et al. (2012)
menyatakan bahwa pemberian biourine kedalam media tanam dapat memperbaiki sifat
fisik tanah dan disamping itu dapat meningkatkan sifat kimia tanah. Sebelum
digunakan Urine terlebih dahulu difermentasi, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Bali (2008) menginformasikan urine setelah fermentasi dapat
meningkatkan kandungan N. Keuntungan menggunakan pupuk cair dari limbah
urine ternak adalah mudah menggunakan pupuk cair dari limbah urine
diserap oleh tanaman secara langsung. Berbeda dengan pupuk kompos
padat yang bersifat slow release. Pupuk cair juga relatif lebih
hemat dan cepat menunjukan hasil (Setiawan, 2011).
Hasil penelitian Indra (2014)
menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair urin kambing dengan dosis 20 ml/L
menunjukan hasil berbeda nyata pada tanaman pakchoy yaitu tinggi tanaman, bobot
segar tanaman, bobot segar daun, jumlah daun, luas daun terluas bobot kering
tnaman,bobot kering daun
Berdasarkan uraian diatas penulis
bermaksud melakukan percobaan yang berjudul “Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Biourine Kambing Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L )”.
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mendapatkan dosis biourine kambing yang terbaik terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kacang tanah.
Hipotesis
dari percobaan ini adalah pemberian beberapa dosis biourine yang berbeda, akan
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang berbeda pula.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kacang
Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L) diperkirakan
masuk ke Indonesia antara tahun 1521-1529.Penanaman kacang tanah di Indonesia
baru dimulai pada awal abad ke-18. Kacang tanah yang ditanam adalah varietas
tipe menjalar (Wijaya, 2011).Dalam dunia tumbuhan, tanaman kacang tanah
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
Morfologi tanaman kacang tanah terdiri dari daun, bunga, buah,
biji, batang, dan akar. Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap dengan
tangkai daun agak panjang. Helaian daun ini bertugas mendapatkan cahaya matahari
sebanyak-banyaknya (Marzuki, 2007).
Daun pertama yang tumbuh dari biji adalah plumula, daun pertama
tersebut terangkat keatas permukaan tanah selagi biji kacang tanah berkecambah.
Daun berikutnya berupa daun tunggal dan berbentuk bundar. Selanjutnya daun
kacang tanah membentuk daun majemuk bersirip genap.Terdiri dari empat anak daun
dengan tangkai daun agak panjang. (Pitojo, 2005).
Menurut Marzuki (2007), akar kacang tanah serabut dengan batang
tidak berkayu dan berbulu halus. Batang kacang tanah ada yang tumbuh tegak dan
menjalar. Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap. Daunnya terdiri atas
empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun dengan
tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini bertugas mendapatkan cahaya
matahari sebanyak-banyaknya. Bunga keluar pada ketiak daun. Setiap bunga
seolah-olah bertangkai panjang berwarna putih. Tangkai ini sebenarnya bukan
tangkai bunga, tetapi tabung kelopak. Mahkota bunga (corolla) berwarna
kuning. Bendera mahkota bunganya bergaris-garis merah pada pangkalnya.Umur
bunganya hanya satu har, mekar di pagi hari dan layu pada sore hari. Bunga
kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiridan bersifat geotropis positif.
Penyerbukan terjadi sebelum bunganya mekar.
Menurut Rukmana (2005) bunga tanaman kacang tanah berbentuk
kupu-kupu, berwarna kuning dan bertangkai panjang yang tumbuh di ketiak daun.
Fase berbunga biasanya berlangsung setelah tanaman berumur 4-6 minggu bunganya
menyerbuk sendiri pada malam hari. Dari semua bunga yang tumbuh hanya 70-75%
yang membentuk bakal polong (ginofora). Bunga mekar selama 24 jam kemudian layu
dan gugur. Ujung tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh
membengkok ke bawah, memanjang, dan masuk ke dalam tanah.
Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang. Inilah yang disebut ginofora yang menjadi tangkai polong. Cara pembentukan polong
adalah mulamula ujung ginofora yang runcing mengarah keatas. Setelah tumbuh ginofora tersebut melengkung ke bawah dan masuk ke dalam tanah. Setelah
menembus tanah, ginofora mulai membentuk polong. Pertumbuhan memanjang ginofora memanjang terhenti setelah terbentuk polong. Polong-polong kacang tanah berisi antar 1 sampai dengan 5 biji. Biji kacang tanah berkeping dua dengan kulit ari berwarna putih, merah atau ungu tergantung varitasnya. Ginofora tidak dapat membentuk polong jika tanahnya terlalu keras dan kering atau batanya terlalu tinggi (Adisarwanto, 2008).
2.2. Syarat Tumbuh Kacang Tanah
Suhu harian kacang tanah antara 25-30 ºC, bila berkurang dari 20
ºC pertumbuhan akan terhambat,umur lebih
lama dan hasil akan berkurang disertai dengan penurunan kadar minyak.
Di daerah yang memiliki musim kemarau panjang, kacang tanah
memerlukan pengairan, terutama pada fase perkecambahan,pembuahan,dan pengisian
polong. Sementara itu,di daerah yang curah hujannya tinggi,penyerapan haranya
dari dalam, panen dan pengolahan hasil panen merupakan masalah. Curah hujan
waktu tanam selama dua bulan pertama yang baik sekitar 150-250 mm/bulan atau
800-1.300 mm/tahun.
Kelembaban udara yang tinggi (lebih dari 80 %) kurang
menguntungkan bagi pertumbuhan kacang tanah,karena akan memberikan lingkungn
yang sangat baik bagi pertumbuhan penyakit bercak daun dan karat. Tanah yang
terlalu lembab di samping menghambat pertumbuhan tanaman, juga mendorong
pertumbuhan cendawan pembusuk akar (Wahyuaskari,2012).
Tanaman kacang tanah termasuk tanaman strata A, yakni tanaman yang
memerlukan sinar matahari penuh (100 %). Adanya naungan yang menghalangi sinar
matahari lebih dari 30% akan menurunkan hasil. Tanaman yang ternaungi tumbuh
memanjang batangnya lemah,bunga dan polong yang terbentuk sangat sedikit
(Wahyuaskari,2012).
Kacang tanah termasuk
tanaman yang paling toleran terhadap tanah masam dibandingkan tanaman yang
lainnya yang termasuk polong-polongan. Tanaman kacang tanah mampu hidup pada
tanah yang kurang subur,sedikit masam, dan juga agak kering. Oleh karena itu
kacang tanah mempunyai daerah adaptasi yang cukup luas (Wahyuaskari,2012).
Kacang tanah masih dapat berproduksi dengan baik pada tanah yang
berpH rendah atau tinggi. Tetapi pada pH tanah tinggi (7,5–8,5) kacang tanah
sering mengalami klorosis, yakni daun-daun menguning. Apabila tidak diatasi,
polong menjadi hitam dan hasil menurun hingga 40% (Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2012).
berpH rendah atau tinggi. Tetapi pada pH tanah tinggi (7,5–8,5) kacang tanah
sering mengalami klorosis, yakni daun-daun menguning. Apabila tidak diatasi,
polong menjadi hitam dan hasil menurun hingga 40% (Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2012).
2.3. Pupuk Organik Cair
Urine kambing
Pemupukan
merupakan salah satu aspek yang dapat meningkatkan produktivitas. Saat ini
ketersedian pupuk kimia terutama di desa masih terbatas, sementara itu
penggunaan pupuk kandang seringkali dikeluhkan petani karena biaya pengangkutan
yang tinggi apabila lokasi penanaman jauh dari kandang. Oleh karena itu salah
satu upaya dalam pemenuhan kebutuhan pupuk di daerah pedesaan yaitu dengan pemanfaatan
urin kotoran sebagai pupuk cair. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk
tanaman merupakan bagian dari sistem pertanian terintegrasi. Daun tanaman
manglid dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak kambing, sedangkan
kotoran kambing dapat digunakan sebagi pupuk tanaman manglid. Wiyono et al.
(2014) menyebutkan bahwa adanya ketergantungan antara ternak dan pohon dapat
memberikan keuntungan pada kedua sub sektor tersebut.
Pupuk
organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat
memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan
produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik ini dapat
digunakan untuk pupuk yang ramah lingkungan. Manfaat dari limbah urine kambing
adalah turut menjaga keseimbangan alam.
Setelah melalui proses pengolahan maka limbah urine kambing tersebut
bisa dikemas menjadi pupuk organik, yang memiliki keunggulan ganda selain
bermanfaat bagi tumbuhan juga dapat memperbaiki unsur hara pada tanah yang
tidak di miliki oleh pupuk kimia, sehingga kesuburan tanah bisa di jaga. Lebih lanjut melihat kondisi yang ada pada
saat ini di mana melambungnya harga pupuk an-organik atau pupuk kimia pabrikan,
maka limbah kandang merupakan satu peluang usaha tambahan yang memiliki nilai
jual yang cukup tinggi (Anonim, 2008).
Ketersediaan
urin kambing cukup melimpah di beberapa daerah, sehingga dapat mengurangi
ketergantungan terhadap pupuk kimia serta dapat menjadi sumber ekonomi baru
bagi masyarakat. Pupuk kandang cair yang berasal dari urin ternak dapat bekerja
lebih cepat karena mudah diserap oleh tanaman serta mengandung hormon tertentu
yang dapat memacu pertumbuhan tanaman (Aisyah et al., 2011). Potensi urin
kambing sebagai pupuk cair cukup tinggi. Produksi urin kambing mencapai 0,62,5
l/hari per ekor dengan kandungan nitrogen 0,510,71 % (Anonim, 2013). Pupuk yang
berasal dari urin mempunyai keunggulan karena kandungan nutrisinya yang lebih
tinggi dibandingkan kotoran ternak padat. Roidah (2013) menyebutkan bahwa
kandungan nitrogen dua kali lebih tinggi dibandingkan kotoran ternak padat
sedangkan kandungan kalium lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran
padat. Selain itu urin kambing juga terukti tidak mengandung patogen berbahaya
seperti bakteri salmonela sehinga aman apabila digunakan (Suwito, 2013).
Dari
hasil penelitian Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, urine kambing
mengandung kadar nitrogen 36,90-37,31 %, fosfat 16,5-16,8 ppm, dan kalsium
0,67-1,27 %. Kandungan nitrogen pada
urine kambing sama dengan yang ada pada pupuk SP36, yaitu 36 % nitrogen, atau tak beda jauh dengan kandungan nitrogen
pupuk urea, yakni 45 %. Dengan demikian,
para petani tak perlu repot memikirkan dan membeli pupuk Urea, cukup tanaman
dipupuk dengan menggunakan pupuk organik yang berasal dari limbah urine kambing.
Dimana 2 kg pupuk Urea bisa diganti dan setara dengan 2,5 liter
urine kambing. Data menyebutkan, satu ekor kambing
menghasilkan 2,5 liter urine per hari.
Dengan demikian, penggunaan pupuk organik cair dari urine ini dapat
menambah keuntungan para petani
peternak, karena dapat mengurangi biaya operasional perawatan
tanaman(Djojosuwito, 2000)
III.
|
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dalam bentuk percobaan lapangan ini akan
dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Unversitas Muhammadiyah
Sumatera Barat, Kelurahan Tanjung Gadang Koto Nan Ampek Kecamatan Payakumbuh
Barat Kota Payakumbuh, dengan jenis tanah Inceptisol, dan memiliki ketinggian
tempat ± 514 mdpl. Pelaksanaan percobaan ini dimulai dari bulan Oktober 2018
sampai dengan Januari 2019. Jadwal percobaan dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah benih kacang tanah varietas gajah, Pupuk
cair urin kambing, pupuk NPK, pupuk kandang ayam. Adapun alat yang digunakan
adalah timbangan, ember, cangkul, gunting, label, meteran, ajir, papan label,
hand sprayer, kalkulator dan alat-alat tulis.
3.3 Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok, sehingga berjumlah 20 petak penelitian
dan dalam setiap petak diambil 3 diantaranya merupakan tanaman sampel yang
dipilih secara acak. Data hasil pengamatan dirata-ratakan dan dianalisis secara
statistika dengan uji F pada taraf nyata 5% bila F hitung lebih besar dari F
tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada
taraf nyata 5%. Perlakuannya adalah
beberapa dosis pupuk cair urin kambing sebagai berikut :
A. 0 ml/ L air
B.
200 ml/ L air
C.
400 ml/ L air
D.
600 ml/
L air
E.
800 ml/ L air
Denah penempatan petak percobaan di lapangan dapat
dilihat pada Lampiran 3.
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Pengolahan lahan
Persiapan
lahan dimulai dengan pembukaan dan pembersihan lahan. Pembukaan lahan
dilaksanakan pada Minggu pertama sebelum dilakukan percobaan. Kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan petak sebanyak 20 petak percobaan dengan ukuran
petak 1m x 1m, dan jarak antar petak 50 cm. Sedangkan tinggi bedengan ±30 cm.
Setelah itu pada setiap petakan ditaburkan kompos kulit buah kakao sesuai
dengan perlakuan.
3.4.3 Penanaman
Penanaman benih dilakukan dengan cara di
tugal sedalam 3 cm dengan 2 butir benih perlubang dan jarak tanam 40 cm x 20 cm.Jumlah tanaman dalam petak 16
tanaman disetiap perlakuan.Setiap petak percobaan diambil 3 sampel yang dipilih
secara acak.
3.4.4 Pemupukan
Pupuk anorganik diberikan sesuai anjuran
yaitu 50 kg/ha Urea setara 5 g/petak, 50 kg/ha setara 5 g/petak SP-36 dan 50 kg/ha setara 5 g/petak KCL. Pupuk Urea,
SP-36 dan KCL diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pupuk diberikan secara
larikan diantara tanaman.
3.4.5 Pemeliharaan
Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyiraman, penjarangan, penyiangan
serta pengendalian hama dan penyakit.
3.4.6 Penyiraman
Penyiraman
dilakukan secara merata dan dalam jumlah yang sama setiap hari jika tidak turun
hujan. Pemyiraman dilakukan sampai fase pengisian polong.
3.4.7. Penjarangan / Penyisipan
Penjarangan
dilakukan 10 hari setelah tanaman dengan meninggalkan 1 tanaman yang sehat dan
pertumbuhannya normal. Penjarangan dilakukan dengan cara menggunting tanaman
yang akan dibuang sampai pangkal batang. Penyisipan dilakukan sampai 10 hari
setelah tanam dengan bibit yamg telah dipersiapkan disamping petak percobaan.
3.4.8. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan sebanyak dua kali, pertama saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam
dan penyiangan kedua saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam.
3.4.9. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian
hama penyakit dilakukan secara mekanis dan kimia.Secara mekanis dengan cara membuang
penyebab gangguan. Secara kimia dengan menggunakan pestisida.
3.4.10.
Panen
Panen
dilakukan saat kacang tanah berumur ± 100 hari. Permanenan dilakukab terhadap
tanaman sampel dan kemudian untuk seluruh tanaman pada setiap petak dengan cara
dicabut dengan tangan, setelah itu polong dirontokkan dengan tangan.
3.6.Pengamatan
3.6.1. Saat Muncul Lapang (hari)
Tanaman
yang sudah muncul lapang ditandai dengan tanaman kacang tanah muncul ke
permukaan tanah 50% dari setiap petak.
3.6.2. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi
tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman dengan
menggunakan meteran. Agar pengukuran tidak berrubah di beri ajir 5 cm.
pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu di mulai dari 2 minggu
setelah tanam sampai tanaman berumur 6 minggu.
3.6.3. Umur Berbunga (hari)
Umur
berbunga dihitung sejak tanaman ditanam sampai tanaman berbunga lebih kurang
50% dalam satu petak.
3.6.4 Umur Penen (hari)
Pengamatan
umur panen dilakukan dengan menghitung hari semenjak tanam sampai panen.
3.6.5 Jumlah Polong per Tanaman
(buah)
Pengamatan
jumlah polong per tanaman dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung
seluruh polong kacang tanah pada setiap tanaman sampel.
3.6.6. Jumlah Polong Bernas dan
Tidak Bernas per Tanaman (buah)
Pengamatan
jumlah polong bernas dan tidak bernas dilakukan pada saat panen dengan cara
menghitung jumlah polong bernas dan tidak bernas pada setiap tanaman sampel.
3.6.7. Berat Biji Kering per
Tanaman (kg)
Pengamatan
terhadap berat biji per tanaman dilakukan setelah tanaman kacang tanah dipanen
kemudian menimbang semua biji pada tanaman sampel.
3.6.8. Berat Biji Kering per Petak
(kg)
Berat
biji kering dapat dilakukan dengan cara menimbang seluruh biji kering kacang
tanah dalam satu petak percobaan.
3.6.9. Berat Biji Kering per Hektar
Untuk
mengetahui berat biji per hektar didapatkan dengan cara mengkonveksikan berat
biji per petak percobaan dengan rumus :
Berat
biji per Ha = 10.000 x berat biji per petak
Luas petak
III.
ANALISIS
STATISTIK
4.1. Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Percobaan
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4
kelompok.
Tabel
1. Dasar RAK (Rancangan Acak
Kelompok)
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A
|
X
1 1
|
X
1 2
|
X
1 3
|
X
1 4
|
X
1
|
X
|
B
|
X
2 1
|
X
2 2
|
X
2 3
|
X
2 4
|
X
2
|
X
|
C
|
X
3 1
|
X
3 2
|
X
3 3
|
X
3 4
|
X
3
|
X
|
D
|
X
4 1
|
X
4 2
|
X
4 3
|
X
4 4
|
X
4
|
X
|
E
|
X
5 1
|
X
5 2
|
X
5 3
|
X
5 4
|
X
5
|
X
|
Total
|
X
1
|
X
2
|
X
3
|
X
4
|
X.....
|
X
|
Tabel 2. Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
|
Derajat Bebas
|
Jumlah Kuadrat
|
Kuadrat Tengah
|
F Hit
|
F Tabel 5 %
|
Perlakuan
|
P-1
|
JKP
|
JKP
Dbp
|
KTP
KTS
|
|
Kelompok
|
K-1
|
JKK
|
|
|
|
Sisa
|
(P-1) (K-1)
|
JKS
|
JKK
Dbk
|
KTK
KTS
|
|
|
|
|
JKS
Dbs
|
|
|
Total
|
(P . K) -1
|
JKT
|
|
|
|
4.2.
Perhitungan Sidik Ragam
1. Faktor Koreksi (FK) = (X....) 2
P.K
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT) = (X112+
X122 + …..X542) – FK
3. Jumlah
Kuadrat Perlakuan (JKP) = X12+X22+X32+X42+
X52
K
4. Jumlah
Kuadrat Kelompok (JKK) = X12+X22+X32+ X42+
X52
P
5.
Jumlah Kuadrat Sisa (JKS) = JKT – JKP – JKK
6. Kuadrat
Tengah Perlakuan (KTP) = JKP
Dbp
7. Kuadrat
Tengah Kelompok (KTK) = JKK
Dbk
8. Kuadrat
Tengah Sisa (KTS) = JKS
dbs
9. F Hitung
Perlakuan = KTP
KTS
10. F Hitung
Kelompok = KTP
KTS
11.
Lihat F Tabel 5 % dan 1 %
12.
Bandingkan F Hitung dengan F Tabel 5 % dan 1 % dan Tarik Kesimpulan
13.
Kesimpulan
a. Jika F hitung lebih besar dari F
tabel 1 % dinyatakan berbeda sangat
nyata
b. Jika F hitung besar dari F tabel 5 %
dikatakan berbeda nyata
c. Jika Fhitung lebih kecil dari F tabel
5 % dinyatakan berbeda tidak nyata
14. Koefisien Keragaman (KK) = x 100 %
X
4.3.
Uji Lanjut DNMRT
1. Cari Nilai Kesalahan
Baku (SŸ ) = KTS
X
2. Lihat Tabel SSRp untuk perlakuan 2,3,
dan 4 pada tabel 5 %
3. Hitung Nilai LSRp dengan rumus = SSRp
x (SŸ )
4. Susun Nilai Tengah Perlakuan berdasarkan
Urutan Nilai Dari Yang Besar Sampai Yang Terkecil
5. Hitung Selisih Nilai Tengah
Masing-masing Perlakuan Dengan Cara Sebagai Berikut :
Tabel 3. Rata-rata perlakuan dari yang tertinggi ke
yang terendah
Perlakuan
|
Nilai
Tengah Perlakuan
|
|||||||||
A
B
C
D
E
|
X 1
X 2
X 3
X 4
X 5
|
Tabel 4. Perbandingan rata-rata perlakuan
Perbandingan Nilai
Tengah Perlakuan
|
Selisih
|
Nilai LSRp 5 %
|
Kesimpulan
|
A-E
A-D
A-C
A-B
|
|
|
|
B-E
B-D
B-C
|
|
|
|
C-E
C-D
|
|
|
|
D-E
|
|
|
|
6.
Bandingkan Selisih Nilai
Tengah Tersebut Dengan Nilai LSRp 5 % Buat Kesimpulan
·
Jika nilai selisih
perbandingan perlakuan lebih besar dari nilaiLSRp 5 % dikatakan berbeda nyata
·
Jika nilai selisih
petrbandingan perlakuan lebih kecil dari nilai LSRp 5 % dikatakan berbeda tidak
nyata
7.
Buat Tabel Kesimpulan dan Beri Notasi
Tabel 5.
Kesimpulan
Perlakuan
|
Rata-rata
Perlakuan
|
A
|
............a
|
B
|
.................b
|
C
|
........................c
|
D
|
................................d
|
E
|
.........................................e
|
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto
.T .2008. Meningkatkan produksi Kacang Tanah Di Lahan Sawah dan lahan Kering.
Malang.
Badan
Pusat Statistik,2010. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kacang Tanah.
Kanisius. Jakarta.
Badan
Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota. 2013.”Kabupaten Lima Puluh Kota
Dalam Angka”.BPS Kabupaten Lima Puluh Kota. Payakumbuh.
Balai
Penelitian Ternak, 2003. Kotoran Kambing-omba pun Bisa Bernilai Ekonomis. Warta Penelitian dan Perkembangan Pertian
Indonesia. 25(5):16-18
Balitkabi,
2012. Kacang Hijau. Laporan Tahun 2012 Penelitian Aneka Kacang dan Umbi.
Gunawan,
H. 2005. Pengelolaan Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah Melalui Penerapan
Konsep Produksi Bersih. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,8(1):124-136
Indra.
2014. Pengaruh Konsentrasi dan Saat Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Berbasis
Urin Kambing terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.). Skripsi ; Agroteknologi Pertanian Universitas
Pekalongan. Diakses ; 20
September 2018
Lidar,
S. dan Surtinah. 2012. Respon Tanaman Jagung Manis Akibat Pemberian Tiens Golden Harvest. Jurnal Ilmiah
Pertanian. 8(2):1-5Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013.
BPS Provinsi Sumatera Barat.
Marzuki,R.2007.Bertanam Kacang
Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta
Pitojo.2005.Kandungan Gizi Tanah
yang Tinggi
Parnata,
A.S. 2004. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka.
Bandung.
Rukmana,Rahmat,
2005. Kacang Tanah. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Setiawan,
B.S. 2011. Beternak Domba dan Kambing. Pembuatan Pupuk Cair. PT. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Tivelman,
A. 2018. Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi Pupuk Hayati Maxigrow Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea
mays saccharata Sturt). Skripsi; Pertanian
Agroteknologi UMSB.
Wahyuaskari.
2012. Tanaman kacang tanah. http://wahyuaskari.wordpress.com/akademik/tanaman-kacang-tanah
( 1 september 2018 )
Wijaya, A.
2011. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Kapur terhadap Pertumbuhan dan Daya
HasilKacang Tanah (Arachis hypogaea, L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Lampiran 1. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Gajah
Nama Varietas : Gajah
Tahun : 1950
Tetua : Seleksi
keturunan persilangan Schwarz – 21 Spanish 18-38
Potensi hasil
: 1,8 ton/ha
Nomor induk : 61
Mulai berbunga : 30 hari
Umur polong tua : 100 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Warna batang :Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Kuning
Warna ginofora : Ungu
Warna kulit biji : Merah muda
Berat 100 biji : 53 gram
Kadar lemak : 48%
Kadar protein :
29%
Rendemen biji dari
polong : 60-70%
Ketahanan : Tahan terhadap
penyakit layu
Penyakit : peka terhadap
penyakit karat dan bercak daun
Sifat-sifat lain : rendemen
biji dari polong 60-70%
(Sumber :
Suhartina, 2005
Comments
Post a Comment