DAUN BAWANG
I.
PENDAHULUAN
Bawang
daun adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan
secara intensif dan komersil. Di Sulawesi Tengah bawang daun merupakan salah
satu produk tanaman sayur yang diunggulkan. Luas areal panen bawang daun di Indonesia
setiap tahun terus meningkat, karena prospek pemasaran komoditas ini
menunjukkan kecenderungan yang semakin baik. Pemasaran
produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri (domestik)
melainkan juga pasar luar negeri atau ekspor (Laude dan Tambing, 2010).
Daun
bawang merupakan jenis sayuran dari kelompok bawang yang banyak digunakan
dalam masakan. Dalam seni masak Indonesia, daun bawang bisa ditemukan misalnya
dalam martabak telur, sebagai bagian dari sop, atau sebagai bumbu tabur seperti
pada soto. Daun bawang sebenarnya istilah umum yang dapat terdiri dari
spesies yang berbeda. Jenis yang paling umum dijumpai adalah bawang daun (Allium fistulosum). Jenis lainnya adalah A.
ascalonicum, yang masih sejenis dengan bawang
merah. Kadang-kadangbawang prei juga disebut sebagai daun bawang. (Agil, 2012).
Setiap
100g bawang daun mengandung 34 kalori, 6,3 g karbohidrat, 2,18 g sugars, 2,4 g
serat pangan, 0,4 g lemak, protein 1,9 g, vitamin A 1160 IU, vitamin C 27 mg
(33%), vitamin E 0,51 mg (3%), vitamin K 193,4 mg (184%), kalsium 52 mg (5%),
besi 1,22 mg (9%), magnesium 23 mg (6%), mangan 0,137mg (7%), posfor 49 mg
(7%), kalium 212 mg (5%), sodium 17 mg (1%) dan seng 0,52 mg (5%) (Sridianti,
2015).
Kebutuhan
akan bawang daun setiap tahunnya terus meningkat seiring peningkatan jumlah
penduduk dan berkembangnya industri olahan. Peningkatan produksi terlihat
dengan adanya peningkatan luas lahan penanaman bawang daun setiap tahunnya,
menurut data Badan Statistik Sumatera Barat yaitu pada tahun 2009 luas lahan
1710 ha, 2010 luas lahan 2360 ha, 2011 luas lahan 2367 ha, 2012 luas lahan 2887
ha, 2013 luas lahan 4188 ha. Sedangkan produksi ada yang meningkat dan kadang
menurun, misalnya saja pada tahun 2009 produksi 8.94 ton/ha, meningkat ditahun
2010 menjadi 9.42 ton/ha, lalu menurun ditahun 2011 yaitu 9.17 ton/ha (Badan
Pusat Statistik Sumatera Barat, 2013). Data statistik menunjukkan bahwa
produksi tanaman bawang daun nasional mengalami penurunan selama 2 tahun,
596.824 ton (2012) menjadi 579.973 ton (2013) dan mengalami penurunan kembali
menjadi 577.217 ton (2014). Selain itu tanaman ini juga mengalami penurunan di
beberapa daerah lainnya (Badan Pusat Statistik, 2014).
Bawang daun dapat tumbuh dengan optimal jika
struktur tanah mendukung, yaitu dengan tersedianya nutrisi atau unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Pengaruh erosi, penguapan dan eksploitasi tanah secara
sengaja mengakibatkan berkurangnya unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan
oleh bawang daun. Pemupukan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan oleh bawang daun. (Laude
et al, 2010).
Struktur tanah juga mempengaruhi produksi bawang
daun, untuk meningkatkan kesuburan tanah perlu adanya penggunaan pupuk organic.
Pupuk
organik merupakan bahan perombak tanah yang paling baik dibandingkan dengan
bahan perombak lainnya. Sebagai bahan perombak tanah, pupuk organic membantu
mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Nitrogen dan
unsure hara yang terkandung dalam pupuk organik dilepaskan secara
perlahan-lahan dan itu sangat membantu membangun kesuburan tanah (Yuwono,
2005).
Sumber
bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak,
limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos
merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh
fungsi, aktinomiset, dan cacing tanah (Yuliarti, 2009).
Pada penelitian ini akan digunakan bahan organic
yang beras dari jerami padi. Jerami padi merupakan bahan organik
yang dapat memperbaiki sifat biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang
lebih baik bagi perakaran. Selain itu
bahan organik jerami padi dapat mensuplai hara terutama N, P dan K. Semakin
tinggi dosis bahan organik maka semakin tinggi konsentrasi N, P dan K di dalam tanaman.
Semua unsur-unsur tersebut memegang peran yang penting dalam metabolisme
tanaman. Jerami padi mengandung senyawa N-C yang menyediakan substrat
metabolisme jasad renik yaitu gula, pati (starch), selulose, hemiselulose, pektin,
lignin, lemak dan protein. (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008).
Dalam
setiap 1 ton jerami padi mengandung unsur hara yang setara dengan 3 Kg Urea,
0,6 kg RP, 12 kg MOP dan 2 kg kiserit. Jerami
padi yang telah dikomposkan mengandung 2,94% N, 0,36% P, 1,52% K, 0,67% Mg,
1,31% Ca, 0,02% Cl, 35 ppm B, 47 ppm Cu, 127 ppm Zn dan 287 ppm Mn (Ichwan,
2007).
Berdasarkan penelitian (Bunyamin, 2017) menyatakan
bahwa dengan pemberian 20 ton kompos jerami
padi diperkaya pada tanaman jagung manis berpengaruh terhadap bobot total tanaman
jagung manis tersebut.
Menurut penelitian (Samosir, Paulus, Tumbelaka,
2014) Pemberian
kompos jerami padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol,
bobot tongkol tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lingkar tongkol
tanaman jagung manis. Tinggi tanaman pada 7 MST pada perlakuan 10 ton/ha kompos
jerami padi (K2) meningkat sebesar 12.1% dari kontrol. Jumlah daun pada 2 MST pada perlakuan 20
ton/ha kompos jerami padi (K4) meningkat sebesar 9.3% dari kontrol. Panjang
tongkol pada perlakuan 15 ton/ha kompos jerami padi (K3) meningkat sebesar
12.5% dari kontrol. Bobot tongkol pada 7
MST pada perlakuan 20 ton/ha kompos jerami padi (K4) meningkat sebesar 17.8%
dari kontrol.
Berdasarkan uraian diatas, penulis
bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Beberapa Dosis Kompos Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan
Dan
Hasil
Tanaman
Bawang
Daun
(Allium fistulosum L.)” dengam
tujuan untuk mendapatkan hasil
terbaik untuk pertumbuhan dan hasil bawang daun (Allium Fistulosum L).
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Tanaman Bawang Daun
Bawang daun ternyata telah ditanam
dan dikembangkan di China sejak 5.000 tahun yang lalu. Bahkan, pada jaman
dahulu umbi bawang daun / daun bawang ini dihormati sebagai simbol jagat raya
di Mesir kuno. Selain itu, kabar khasiat kesehatan bawang daun / daun bawang
memang dipercaya dan dipraktekkan dari tahun ke tahun di jaman tersebut. Selain
banyak mengandung manfaat yang berguna untuk kesehatan, bawang daun ini juga
mudah untuk dibudidayakan.(Meitha, 2012)
Klasifikasi bawang daun (Allium fistulosum
L) secara ilmiah menurut (Meitha,2012
) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Liliales
Familia : Liliaceae
Genus
: Allium
Species : Allium
fistulosum L
Bawang daun (Allium
fistulosum L) memiliki ciri-ciri daunnya menyerupai daun bawang merah, tetapi
memiliki ukuran yang lebih besar, warna daun hijau, perbanyakan daun prei
dilakukan dengan anakan atau belahan rumpun, sedangkan anakan yang ditinggalkan
dapat dipanen berikutnya, kualitas bawang prei yang baik ditunjukkan oleh tunas
dan warna batang (putih), pertumbuhan tanaman prei lambat, dipanen pada umur 6
bulan (AAK, 2012).
Akar
bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua arah di
sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak mempunyai akar tunggang. Perakaran
bawang daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Perakaran bawang daun dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap
air. Akar tanaman berfungsi sebagai penopang tegaknya tanaman dan alat untuk
menyerap zat-zat hara dan air (Cahyono, 2009).
Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat
memanjang, berlubang menyerupai pipa, dan bagian ujungnya meruncing. Daun
berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus (Cahyono, 2005).
Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut
dengan discus yang berbentuk seperti cakram , tipis, dan pendek sebagai
melekatnya akar dan mata tunas, diatas discus terdapat batang semu yang
tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang berbeda didalam tanah
berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Sudirja, 2007).
Bentuk
daun dari bawang
daun menurut Rukmana
(1995) dibedakan atas dua macam,
yaitu bulat panjang
di dalamnya berlubang seperti pipa
dan panjang pipih
tidak berlubang. Cahyono
(2005) menambahkan ukuran panjang daun sangat bervariasi, antara 18 -40
cm, tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan
daun halus. Daun
tanaman bawang daun
merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi (dimakan) sebagai bumbu atau
penyedap sayuran dan memilki rasa agak pedas. Daun juga berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya fotosintesis dan
hasil fotosintesis tersebut
digunakan untuk pertumbuhan
tanaman (Rukmana, 1995).
2.2 Syarat Tumbuh Bawang Daun
Bawang
daun bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang terlalu
dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan bawang daun
menginginkan ketinggian sekitar 250-1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah
produksi anakan bawang daun juga tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat
sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu
udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH netral 6,5-7,5 cocok untuk budidaya bawang
daun. Bila tanah bersifat asam lakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah.
Jenis tanah yang cocok ialah andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah
lempung yang mengandung pasir (Ni’mah, 2012)
Bawang merah dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang
beragam. Untuk memperoleh hasil yang optimal, bawang merah membutuhkan kondisi
lingkungan yang baik, ketersediaan cahaya, air, dan unsur hara yang memadai.
Pengairan yang berlebihan dapat menyebabkan kelembaban tanah menjadi tinggi
sehingga umbi tumbuh tidak sempurna dan dapat menjadi busuk. Bawang merah
termasuk 14 tanaman yang menginginkan tempat yang beriklim kering dengan suhu
hangat serta mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam.
Menurut
Dewi (2012) mengatakan bahwa, bawang merah membutuhkan tanah yang subur gembur
dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan tanah lempung berpasir atau
lempung berdebu. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan bawang merah ada jenis
tanah Latosol, Regosol, Grumosol, dan Aluvial dengan derajat keasaman (pH) tanah
5,5 – 6,5 dan drainase dan aerasi dalam tanah berjalan dengan baik, tanah tidak
boleh tergenang oleh air karena dapat menyebabkan kebusukan pada umbi dan
memicu munculnya berbagai penyakit (Sudirja, 2007).
2.3 Pupuk Kompos Jerami Padi
Pupuk organik adalah pupuk
yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal
dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk
organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada
kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk
anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik
maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organic (Yulia, 2011).
Pupuk organik merupakan
bahan perombak tanah yang paling baik disbanding dengan bahan perombak lainnya.
Sebagai bahan perombak tanah, pupuk organic membantu mencegah terjadinya erosi
dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Nitrogen dan unsure hara yang
terkandung dalam pupuk organik dilepaskan secara perlahan-lahan dan itu sangat
membantu membangun kesuburan tanah (Yuwono, 2005).
Sumber
bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak,
limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos
merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh
fungsi, aktinomiset, dan cacing tanah (Yuliarti, 2009).
Pada penelitian ini akan digunakan bahan organic
yang beras dari jerami padi. Jerami padi merupakan bahan organik
yang dapat memperbaiki sifat biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang
lebih baik bagi perakaran. Selain itu
bahan organik jerami padi dapat mensuplai hara terutama N, P dan K. Semakin
tinggi dosis bahan organik maka semakin tinggi konsentrasi N, P dan K di dalam tanaman.
Semua unsur-unsur tersebut memegang peran yang penting dalam metabolisme
tanaman. Jerami padi mengandung senyawa N-C yang menyediakan substrat
metabolisme jasad renik yaitu gula, pati (starch), selulose, hemiselulose, pektin,
lignin, lemak dan protein. (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008).
Berdasarkan penelitian (Bunyamin, 2017) menyatakan
bahwa dengan pemberian 20 ton kompos
jerami padi diperkaya pada tanaman jagung manis berpengaruh terhadap bobot
total tanaman jagung manis tersebut.
Menurut penelitian (Samosir, Paulus, Tumbelaka,
2014) Pemberian
kompos jerami padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol,
bobot tongkol tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lingkar tongkol
tanaman jagung manis. Tinggi tanaman pada 7 MST pada perlakuan 10 ton/ha kompos
jerami padi (K2) meningkat sebesar 12.1% dari kontrol. Jumlah daun pada 2 MST pada perlakuan 20
ton/ha kompos jerami padi (K4) meningkat sebesar 9.3% dari kontrol. Panjang
tongkol pada perlakuan 15 ton/ha kompos jerami padi (K3) meningkat sebesar
12.5% dari kontrol. Bobot tongkol pada 7
MST pada perlakuan 20 ton/ha kompos jerami padi (K4) meningkat sebesar 17.8%
dari kontrol.
Berdasarkan
hasil penelitian (Martajaya,
Agustina, dan Syekhfani,
2010) Tanaman jagung manis membutuhkan unsur N lebih
banyak yaitu 150-300 kg N/ha dibandingkan dengan tanaman jagung biasa yang
hanya membutuhkan unsur N sebanyak 70 kg N/ha. anjuran dosis pupuk untuk
tanaman jagung manis yaitu 300 kg/ha Urea, 100 kg/ha SP-36, dan 50 kg/ha KCl.
Pupuk tersebut cara mengaplikasikan dengan ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10
cm dari batang tanaman dan ditutup dengan tanah.
III.
BAHAN
DAN METODE
3.1 Tempat dan
Waktu
Penelitian
dalam bentuk percobaan lapangan telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas
Pertanian Unversitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Kelurahan Tanjung Gadang Koto
Nan Ampek Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh, dengan jenis tanah
Inceptisol, ketinggian tempat ± 514 mdpl. Waktu
penelitian dilaksanakan bulan Oktober sampai bulan Desember 2016.
3.2 Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah bibit bawang daun, pupuk
kotoran ayam dan pupuk Urea, KCl, SP-36. Adapun alat yang digunakan antara lain
: timbangan, ember, cangkul, gunting, label, meteran, ajir, papan label, slang,
kalkulator dan alat-alat tulis.
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok, sehingga
berjumlah 20 petak percobaan
penelitian dan dalam setiap petak berjumlah
6 tanaman dan diambil 3 tanaman sebagai sampel. Data hasil pengamatan
dirata-ratakan dan dianalisis secara Statistika dengan Uji F apabila F hitung
perlakuan lebih besar dari F tabel 5 % maka dilanjutkan dengan Uji Duncan’s New
Multiple Range
Test (DNMRT) pada taraf nyata 5 %. Perlakuannya adalah beberapa takaran kompos sampah
sayur pasar sebagai berikut:
A. 0 ton/ha
B. 5 ton/ha
C. 10 ton/ha
D. 15 ton/ha
E. 20 ton/ha
Denah penempatan
petak percobaan di lapangan dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Persiapan Benih
Benih tanaman bawang daun yang
digunakan adalah bibit bawang daun Varietas Merah yang dibeli dari petani
bawang daun di daerah Padang Luar, dengan kriteria batang masih bagus dan akar
masih utuh dengan daun dipangkas.
3.4.2 Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dengan
mencangkul sesuai kebutuhan sebanyak 2 kali dengan kedalaman 20-30cm, hancurkan bongkahan tanah sampai tanah gembur
lalu dicampurkan dengan pupuk kandang ayam dengan dosis 15 ton/ha setara dengan
1.8 kg/petak dan buat petak percobaan dengan ukuran 120 cm x 100 cm dengan
jarak antar petak 50 cm dan jarak antar perlakuan dalam kelompok 50 cm.
3.4.3 Pemberian Perlakuan
Perlakuannya adalah pemberian beberapa
takaran kompos jerami padi
yaitu 0 ton/ha setara dengan 0 kg/ha, 5 ton/ha setara dengan 0,6 kg/petak, 10 ton/ha setara 1,2 kg/petak, 15 ton/ha setara 1,8 kg/petak, 20 ton/ha setara 2,4 kg/petak. Kompos
jerami padi diberikan 1
minggu setelah pengolahan tanah pertama. Pupuk
kompos jerami padi diaduk
lalu dibiarkan selama 1 minggu.
3.4.4 Penanaman Bibit
Penanaman
bibit dilakukan dengan dibuatkan lubang tanam sedalam 2-5 cm. Potong sedikit
akar bibit dan potong bagian daun sehingga
panjang bibit 15 cm setelah itu masukkan akar kedalam lubang dan timbun
dengan tanah lalu tanah agak ditekankan sedikit.
3.4.5 Pemasangan Label dan Ajir
Label
dipasang pada setiap petak-petak percobaan sesuai dengan perlakuan sedangkan
ajir dipasang 2 minggu setelah tanam dengan jarak 5 cm dari tanaman sampel.
Setiap ajir diberi tanda dengan spidol 5 cm dari permukaan tanah.
3.4.6.
Pemupukan
Pupuk anorganik diberikan sesuai dengan anjuran,
yaitu urea 200 kg/ha yang diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanaman
berumur 21 hari, dan sisanya pada saat tanaman berumur 42 hari. Untuk pupuk SP-36
dan KCl juga diberikan satu kali, dengan dosis pemupukan pertama SP-36 sebanyak
100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pemupukan ini dilakukan dengan cara larikan.
3.5
Pemeliharaan
3.5.1
Penyiraman dan Penyulaman
Penyiraman dilakukan secara merata
dan dalam jumlah yang sama setiap hari jika tidak turun hujan.
3.5.2
Penyisipan dan Penyulaman
Penyisipan dilakukan pada tanaman
bawang daun yang tidak tumbuh, dengan cara mengganti tanaman dengan tanaman
pinggir yang telah disediakan. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 10
hari setelah tanam.
3.5.3
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan seminggu sekali
jika tumbuh gulma, yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada petak
percobaan. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembumbunan dengan cara
mengangkat tanah sampai ke pangkal
tanaman.
3.5.4
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman bawang daun dilakukan bila sudah kelihatan gejala serangan, maka
langsung disemprot dengan menggunakan pestisida.
3.5.5 Panen
Tanaman
bawang daun di panen umur ± 75 hari setelah tanam. Kriteria panen adalah jumlah
anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun menguning. Panen dilakukan dengan
cara, seluruh rumpun dibongkar dengan mencabut satu per satu rumpun dari
masing-masing tanaman, kemudian dibersihkan tanah yang melekat pada akar.
3.6. Parameter Pengamatan
3.6.1. Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan
tinggi tanaman dilakukan 1 minggu setelah tanam dengan cara mengukur tinggi
tanaman sampel dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi. Pengamatan
selanjutnya dilakukan 1 kali seminggu sampai tanaman berumur 8 minggu. Agar
pengamatan tidak berubah setiap tanaman sampel diberi ajir yang diberi tanda 5
cm dari permukaan tanah.
3.6.2. Jumlah Daun Per Rumpun (helai)
Pengamatan
dilakukan 1 minggu setelah tanam dengan menghitung seluruh daun yang telah
membuka sempurna pada tanaman sampel. Pengamatan selanjutnya sekali seminggu
sampai tanaman berumur 8 minggu.
3.6.3.
Jumlah Batang Per Rumpun (batang)
Pengamatan
dilakukan saat panen dengan cara menghitung jumlah batang pada rumpun tanaman
sampel.
3.6.4. Berat Tanaman Per Rumpun (g)
Pengamatan
berat tanaman per rumpun dilakukan setelah tanaman dipanen dengan cara akar
tanaman dibersihkan dari tanah dan selanjutnya tanaman sampel ditimbang.
3.6.5. Berat Tanaman Per Petak (kg)
Pengamatan
berat tanaman per petak dilakukan dengan cara menimbang seluruh tanaman yang
ada pada tiap-tiap petak percobaan.
3.6.6. Berat Tanaman Per Ha (ton)
Pengamatan
berat tanaman per hektar didapatkan dengan cara berat tanaman per petak
dikonversikan ke hektar dengan rumus :
Berat Tanaman Per Hektar = 10.000 m2
x
Berat Tanaman Per Petak
1 X 1,2 m2
IV.
ANALISIS
STATISTIK
4.1. Rancangan Acak
Kelompok (RAK)
Percobaan ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 kelompok.
Tabel 1. Dasar RAK (Rancangan Acak Kelompok)
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A
|
X 11
|
X 12
|
X 13
|
X 14
|
X1
|
X
|
B
|
X 21
|
X 22
|
X 23
|
X 24
|
X2
|
X
|
C
|
X 31
|
X 32
|
X 33
|
X 34
|
X3
|
X
|
D
|
X 41
|
X 42
|
X 43
|
X 44
|
X4
|
X
|
E
|
X 51
|
X 52
|
X 53
|
X 54
|
X5
|
X
|
Tabel 2. Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
|
Derajat Bebas
|
Jumlah Kuadrat
|
Kuadrat Tengah
|
F Hit
|
F Tabel 5 %
|
Perlakuan
|
P-1
|
JKP
|
JKP
Dbp
|
KTP
KTS
|
|
Kelompok
|
K-1
|
JKK
|
|
|
|
Sisa
|
(P-1) (K-1)
|
JKS
|
JKK
Dbk
|
KTK
KTS
|
|
|
|
|
JKS
Dbs
|
|
|
Total
|
(P . K) -1
|
JKT
|
|
|
|
4.2.
Perhitungan Sidik Ragam
1.
Faktor Koreksi (FK) = (X....) 2
P.K
2.
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = (X112+ X122 + …..X542)
– FK
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = X12+X22+X32+X42+
X52
K
4. Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = X12+X22+X32+
X42+ X52
P
5.
Jumlah Kuadrat Sisa (JKS) = JKT – JKP – JKK
6. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) =
JKP
Dbp
7. Kuadrat Tengah Kelompok (KTK) = JKK
Dbk
8. Kuadrat Tengah Sisa (KTS) = JKS
dbs
9. F Hitung Perlakuan = KTP
KTS
10. F Hitung Kelompok = KTP
KTS
11. Lihat F Tabel 5 % dan 1 %
12. Bandingkan F Hitung dengan F
Tabel 5 % dan 1 % dan Tarik Kesimpulan
13. Kesimpulan
a. Jika F hitung lebih besar dari F
tabel 1 % dinyatakan berbeda sangat
nyata
b. Jika F hitung besar dari F tabel 5 %
dikatakan berbeda nyata
c. Jika Fhitung lebih kecil dari F tabel
5 % dinyatakan berbeda tidak nyata
14. Koefisien Keragaman (KK) = x
100 %
X
4.3. Uji Lanjut DNMRT
1.
Cari
Nilai Kesalahan Baku (SŸ )= KTS
X
2. Lihat Tabel SSRp untuk perlakuan 2,3,
dan 4 pada tabel 5 %
3. Hitung Nilai LSRp dengan rumus = SSRp
x (SŸ )
4. Susun Nilai Tengah Perlakuan berdasarkan
Urutan Nilai Dari Yang Besar Sampai Yang Terkecil
5. Hitung Selisih Nilai Tengah
Masing-masing Perlakuan Dengan Cara Sebagai Berikut :
Tabel
3. Rata-rata perlakuan dari yang
tertinggi ke yang terendah
Perlakuan
|
Nilai Tengah Perlakuan
|
|||||||||
A
B
C
D
E
|
X
1
X
2
X 3
X 4
X 5
|
Tabel
4. Perbandingan rata-rata perlakuan
Perbandingan
Nilai Tengah Perlakuan
|
Selisih
|
Nilai
LSRp 5 %
|
Kesimpulan
|
A-E
A-D
A-C
A-B
|
|
|
|
B-E
B-D
B-C
|
|
|
|
C-E
C-D
|
|
|
|
D-E
|
|
|
|
6.
Bandingkan
Selisih Nilai Tengah Tersebut Dengan Nilai LSRp 5 % Buat Kesimpulan
Ø Jika nilai selisih perbandingan
perlakuan lebih besar dari nilai LSRp 5 % dikatakan berbeda nyata
Ø Jika nilai selisih perbandingan
perlakuan lebih kecil dari nilai LSRp 5 % dikatakan berbeda tidak nyata
7.
Buat
Tabel Kesimpulan dan Beri Notasi
Tabel
5. Kesimpulan
Perlakuan
|
Rata-rata
Perlakuan
|
A
|
............a
|
B
|
.................b
|
C
|
........................c
|
D
|
................................d
|
E
|
.........................................e
|
IV.
PERKIRAAN BIAYA
I. Pengadaan Proposal : Rp 600.000,
II. Biaya Penelitian Meliputi :
2.1.
Sewa Lahan :
Rp 150.000,-
2.2. Pengolahan tanah : Rp 500.000,-
2.3. Pembuatan Pagar : Rp 400.000,-
2.4. Benih bawang daun : Rp 20.000,-
2.5. Papan Merek, label dan ajir : Rp 150.000,-
2.6.
Pupuk Kotoran Ayam : Rp
60.000,-
2.7. Pupuk Urea, SP-36, KCL : Rp 250.000,-
2.8.
EM4 :
Rp 25.000,-
2.9. Furudan 3G
: Rp 25.000,-
2.9. Pestisida : Rp 75.000,-
2.10.
Alat-alat tulis
: Rp 50.000,-
2.11.Biaya
tak terduga : Rp
150.000,-
III. Transportasi : Rp 300.000,-
IV Dokumentasi : Rp 50.000,-
Jumlah :
Rp 2.805000,-
(Terbilang : Dua Juta Tjuh Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah)
DAFTAR
PUSTAKA
AAK. 2012. Pedoman Bertanam Bawang. Yogyakarta: Kanisius.
Andrade, F.H, P. Calvino, A.Carilo and P. Barbieri., 2002. Yield
response to narrow row depend on increased radiatin interseption. Agron. dalam Suryadi, Setyobudi, dan
Soelistyono, R., 2013. Kajian Intersepsi cahaya Matahari Pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Diantara Tanaman
Melinjo menggunakan Jarak Tanam Berbeda. (Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang).
Andrews, R. E.
dan E. I. Newman.1970. Root density and competition for nutrient. Plant Ecol. 5
: 147-161.
Anonim. 2009. Teknologi
Budidaya Tanaman Bawang Daun.
Ashandi. AA. Nurtika,N dan Sumarni,N 2005,
Optimalisasi pemupukan dalam usaha tani LEISA bawang merah di dataran rendah J.
Hort Vol 15
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Bawang Daun. Sumatera Barat.
Cahyono
Bambang. 2005. Seri Budidaya Bawang Daun. Kanisius: Yogyakarta.
Cronquist,
A. 1981. An Integrated System of
Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.
Djuniwati, S., A. Hartono, dan L. T. Indriyati.
2003. Pengaruh Bahan Organik (Pueraria javanica) dan Fosfat Alam terhadap
Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays) pada Andisol Pasir
Sarongge. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 5(1):17-22.
Donald, C. M.
dalam Muryono 2012. Competition
among Crop and Pasture Plant. Adv. Agron 15 : 1-118.
Ellisa 2004. Pembungaan dan Produksi
buah
Gardner,
F.P., R.B. Pearce, Roger L. Mitchell. Dalam Muryono 2012. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Cetakan pertama.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Gunandi, N 2009, Kalium Sulfat dan Kalium
Klorida sebagai sumber kalium pada tanaman bawang merah, J. Hort Vol 19.
Hamim.
2004. Underlaying Drought Stress Efffect on Plant : Inhibition of
Photosynthesis. Journal of Bioscience.
11 (4).
Harjadi,
S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal.
Haryadi, S.S. dalam Muryono 2012.
Pengantar Agronomi. P.T. Gramedia Jakarta :
91
Janick, J 1963 Horticulture Science. San Frasisco :
W.H Freeman and Company.
Jumin H.B., 2003Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan
Fisiologi Rajawali Press, Yogyakarta.
Keddy, P. A. 1991. Competition Population and Community Biology. Great Britain : St.
Edmundsbury Press Ltd.
Kurniawati,
B. 2008. Respon Fisiologi dan Tingkat Kerontokan Buah Belimbing (Averrhoa carambola L) terhadap aplikasi
GA3 dan 2,4-D, J Ilmu Pertanian. 14
(3).
Laode. S. 2012. Agroklimatologi Hal. 8
Lestari,
G, W. 2006. Pertumbuhan, kandungan klorofil dan laju respirasi tanah garut
(Marata arundinaceae L) setelah pemberian asam giberelat (GA3). Skripsi
fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas sebelas maret.
Surakarta.
Lingga,
P. dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mahdi,
R., 2011. Teknik Budidaya. Serial online (http://rizalmahdi.files .wordpress.com/2011/01/bab-9.pdf) ). diakses pada tanggal 21 Februari 2016. Pukul 14.00 Wib.
Napitulu, D dan winarto, L 2010, Pengaruh
pemberian pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah , J.
Hort Vol 20.
Ni’mah,
Yulita Khoirun. 2012. Budidaya Bawang
Prai. http://blog.ub.ac.id/youleyta/2012/10/03/budidaya-bawang-prai/. Diakses tanggal 20 Februari 2016.
Novita. 1987 dalam Nasaruddin 2010.
Pengaruh kerapatan populasi terhadap pertumbuhan
dan hasil tanam stevia ( Stevia Rebaudiana bertoni M) Fakultas pertanian
Universitas Andalas. Padang.
Novizan. 2001. Petunjuk pemupukan yang efektif.
Edisi revisi. PT. Agroedia Pusat. Jakarta.
Nurlaili. 2010. Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea
mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam. Agronobis 2 (4) : 19-29
Pima, D., 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian
Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi. Serial online (http://
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7592/1/09E01219.pdf). diakses pada tanggal 21 Februari 2016. Pukul 14.00 Wib.
Purwa, D.R.,2009. Petunjuk Pemupukan. AgroMedia
Pustaka,Jakarta.
Rahayu dan N.V.A. Berlian. 2007.
Bawang Merah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rokhmania, Fani, Y. Sugito dan A.
Suryanto. 2010. Skripsi kajian pola tanam pada produktivitas tanaman padi (
Oryza Sativa L).
Rukmana, R. 1995. Bertanam
Bawang Daun. Kanisius. Yogyakarta.
http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.phd?id=203. Diakses
tanggal 20 Februari 2016.
Rusdi, T. 1986 dalam Nadira 2010.
Bercocok Tanaman Kedelai. BP Karya Tani Jakarta.
Sastrosoedirdjo dan Rifai dalam Syamsudin Laude
2010. Ilmu Memupuk. Yasaguna. Jakarta
Sastro supadi, A., Oesman. 2006.
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau. Pemberitaan LPTI
No. 25. Bogor : 353
Setiawati, W. 2007. Petunjuk Tekni Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.
Setyamidjaja, D., 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen.
Konisius. Yogyakarta. Hal : 59.
Sumarni,
N dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung.
Suryana,
N. K., 2008.Pengaruh Naungan dan Dosis Pupuk Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Paprika (Capsicum annum var. Grossum). J. Agrisains, Vol IX No 2; 89
–95.
Sunarjono, H. 2003. Kunci Bercocok
Tanam Sayur-sayuran Penting Di Indonesia. Sinar Biru. Bandung.
Suryana, N. K., 2008.Pengaruh Naungan dan Dosis
Pupuk Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Paprika (Capsicum annum var.
Grossum). J. Agrisains, Vol IX No 2; 89 –95.
Sutejo,
M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan Rineka Cipta, Jakarta.
Suwandi dan Rosliani, R 2004, Pengaruh
kompos, pupuk nitrogen dan kalium pada cabai yang ditanam tanpa gilir dengan
bawang merah, J. Hor Vol 14
Wang YP, BZ Houlton and CB Field. 2007. A
model of biogeochemical cycles of carbon, nitrogen, and phosphorus including
symbiotic nitrogen fixation and phosphatase production. Global Biogeochemical
Cycles 21, 1018-1029.
Wijaya.2008. Nutrisi tanamn sebagai penentu kwalitas dan hasil resistensi alami
tanaman. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta
Wulandari, D. 2007. Pengaruh Jenis
Pemupukan dan Populasi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max
(L.) Merril). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
47 hal.
Zaubin, M. 1985. Pengaruh Tumpangsari Jagung, Kacang Panjang, dan
Populasi Terhadap Produksi Bawang Putih (Allium sativum L.). Laporan
Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Jember. Jember. 74 hal.
Laude , Syamsuddin
dan Yohanis Tambing. 2010. Pertumbuhan dan Hasil
Bawang Daun (Allium
Fistulosum L.) Pada Berbagai
Dosis Pupuk Kandang
Ayam. Fakultas
Pertanian: Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah.
Asshofie,
Agil. 2012. Cara Budidaya Bawang daun. http://Agil-asshofie.blogspot.com/2012/01/cara-budidaya-bawang-daun.html?m=1. Tanggal akses
18-03-2014
Bunyamin, Ricky. 2017. Pengaruh Kompos Jerami Padi
Yang Diperkaya Dan Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt.).Fakultas Pertanian: Universitas Lampung.
Lampiran 1. Denah Penempatan Petak
Percobaan di Lapangan Menurut
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
I II III IV
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
S
Keterangan :
I,II,III, IV,V
|
:
|
Kelompok
|
A,B,C,D
|
:
|
Perlakuan
|
a.Panjang Petak
|
:
|
( 1,2 m)
|
b.Lebar Petak
|
:
|
( 1 m )
|
c. Jarak Antar Kelompok
|
:
|
50 cm
|
d. Jarak
antar Petak
|
:
|
50 cm
|
Lampiran
2. Tata Letak Tanaman dalam Satu Petak Percobaan.
|
b
Keterangan
:
x : Tanaman bawang daun
x :
Tanaman sampel
a :
Panjang petakan ( 1,2 m)
b :
Lebar petakan (1 m)
c :
Jarak tanam antar baris
d :
Jarak tanam dalam baris
Comments
Post a Comment